Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak ada yang berbeda dengan kondisi Badan Reserse Kriminal Polri hari itu. Wartawan berkumpul di pelataran dan penyidik lalu lalang keluar masuk gedung yang terletak di sebelah Gedung Utama Mabes Polri.
Meski demikian, ada satu hal yang membuat situasi di Bareskrim spesial. Hal tersebut adalah pengumuman terkait pergantian pucuk pimpinan tertinggi dari Bareskrim.
(Lihat Juga FOKUS Gaduh Seputar Budi Waseso)Komisaris Jenderal Budi Waseso yang baru sekitar delapan bulan menjabat sebagai Kepala Bareskrim Polri akan berganti jabatan menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional. Dia akan menggantikan posisi Komjen Anang Iskandar yang justru dimutasi untuk mengisi pos yang ditinggalkan oleh Budi Waseso.
(Lihat Juga: Kisah Budi Waseso Saat Dikabari Jabat Kepala BNN)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu hal lain yang berbeda hari itu adalah kehadiran Budi di Bareskrim Polri. Biasanya, Budi baru hadir di kantornya sekitar pukul 08.00 WIB atau 09.00 WIB. Namun hari itu, Budi sudah hadir ke Bareskrim lebih pagi, atau sekitar pukul 07.00 WIB.
(Baca Juga: Kisah Budi Waseso Saat Dikabari Jabat Kepala BNN)Kedatangannya sontak membuat awak media langsung mengejarnya untuk meminta konfirmasi terkait kepindahannya ke Cawang (kantor BNN). Saat itu, dengan wajah sumringah, Budi menjawab bahwa informasi itu benar adanya.
"Saya diberitahu sekitar pukul 23.10 WIB bahwa saya akan dimutasi menjadi Kepala BNN," kata Budi sembari tersenyum lebar.
Raut wajah penuh kesukariaan tampak selalu menghiasi wajah Budi. Hal tersebut cukup berbeda dengan julukan Budi, yaitu Buwas (dibaca buas).
Ungkapan buas tersebut ditujukan atas sikap Budi yang dilihat galak dalam mengusut kasus yang ditangani satuan yang dipimpinnya.
Pengusutan yang dilakukan bahkan melibatkan sejumlah nama terkenal seperti mantan Ketua KPK Abraham Samad, mantan Wakil Menkumham Denny Indrayana, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan serta yang terbaru adalah Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino.
Pengusutan juga bervariasi mulai dari pidana umum, narkotika hingga korupsi. Kasus yang paling terkenal santer ditangani Buwas adalah korupsi pada proses jual beli kondensat bagian negara, yang menyeret institusi sekaliber BP Migas.
Selain itu, Budi Waseso juga sempat menangani persoalan kasus dugaan cetak sawah fiktif yang menjerat anak buah Dahlan Iskan.
Namun, 'kebuasan' itu tak terlihat. Wajah Budi sumringah meskipun hari itu dia tidak lagi menjabat sebagai Kepala Bareskrim, yang telah dilakoninya belum genap setahun ini.
Budi sempat masuk ke kantornya namun sekitar satu jam kemudian Budi keluar kantor dan kembali dikelilingi oleh wartawan yang ingin mendapatkan informasi dari mulutnya.
Budi pun melayani pertanyaan para wartawan meski jawaban yang dia berikan tak jauh berbeda dengan wawancara sebelumnya.
Bahkan setelah wawancara kedua tersebut selesai, sejumlah wartawan meminta Budi untuk tidak meninggalkan tempatnya karena mereka ingin berfoto bersama. Ajakan tersebut pun diiyakan oleh Budi sambil tetap sumringah.
"Oh boleh kalau mau foto asal tidak ada yang marah saja," katanya.
Setelah sesi foto tersebut selesai, Budi pun bergegas masuk ke Gedung Utama Mabes Polri.
Usai keluar dari Gedung Utama Mabes Polri, Budi kembali dikejar awak media. Sama seperti dua wawancara sebelumnya, Budi melayani pertanyaan wartawan dengan wajah gembira.
Waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB dan Budi sudah tiga kali melayani awak media di kantornya. Suatu hal yang jarang terjadi di hari-hari biasa karena biasanya dia sangat jarang keluar kantor, hanya sesekali saja.
Wawancara selanjutnya terjadi hampir tiga jam setelah wawancara terakhir, tepatnya pukul 11.30 WIB. Saat itu Budi keluar menggunakan peci lantaran bersiap untuk melakukan ibadah salat Jumat.
Tak ada air muka lelah yang ditunjukkan Budi saat itu, wajahnya tetap sumringah persis seperti saat dia pertama datang ke kantor di pagi hari. Pertanyaan yang sama dengan wawancara sebelumnya mendapat jawaban yang sama pula dari mulut Budi.
Setelah ibadah salat Jumat selesai, Budi kembali melayani awak media yang lagi-lagi meminta informasi. Budi saat itu tampak benar-benar gembira. Tawa canda bersama para awak media tampak di wawancara terakhir wartawan Mabes Polri bersama Budi di hari itu.
"Tetap semangat Pak Budi," kata salah satu awak media.
"Oiya dong pasti semangat terus," kata Budi membalas teriakan tersebut.
Tidak ada rona kekecewaan yang terlihat dari wajah Budi, padahal dia dipindahkan dari Trunojoyo ke Cawang. Dia menghadapi mutasi dengan optimisme bahwa itu merupakan penghargaan terhadap dirinya.
"Tidak ada namanya pencopotan atau pelengseran. BNN itu eselonnya lebih tinggi jadi artinya itu adalah
reward (penghargaan)," kata Budi.
Dia pun sempat mengatakan bahwa sang istri sama semangatnya dengan dirinya saat mengetahui jabatan Kepala BNN akan diisi oleh sang suami. Tak hanya istri, anak-anak Budi pun bersemangat lantaran dia menganggap Kepala BNN adalah penghargaan yang diberikan kepadanya.
"Istri dan anak saya di manapun semangat seperti saya. Saya naik eselonnya jadi luar biasa," kata Budi.
(utd)