Jakarta, CNN Indonesia -- Jumat malam di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Sebuah rumah di sudut perempatan Jalan Panglima Polim dan Wijaya, Jakarta Selatan itu sepi. Pagar bercat hitam setinggi tiga meter tertutup rapat. Hanya ada sebuah truk TNI Angkatan Darat terparkir di pinggir jalan pojok rumah.
Papan kecil bertulisan "Rumah jabatan Kabareskrim Polri" menempel di dinding bangunan. Bertanda penghuninya adalah seorang jenderal bintang tiga, bos dari para detektif se-Indonesia. Ya, rumah itu dihuni Komisaris Jenderal Budi Waseso sejak tujuh bulan lalu, saat dirinya menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.
Jarum pada arloji lantas menunjuk pukul 19.30 WIB. Suasana rumah Buwas –sapaan Budi Waseso– begitu tenang. Berbanding terbalik dengan pertukaran posisi Kabareskrim yang sedang ramai jadi bahan perbincangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pekan ini merupakan masa terakhir Buwas berkantor di Mabes Polri sebagai Kabareskrim. Dia sendiri mengaku belum mengetahui kapan akan serah terima jabatan. "Belum tahu, yang jelas minggu depan," katanya kepada CNN Indonesia yang berkesempatan berbincang dengannya malam itu.
Di ruang tamu rumah dinas itu, jurnalis Prima Gumilang dari CNN Indonesia berbincang tentang jabatan, pekerjaan, keluarga, dan masa muda Budi Waseso. Berikut petikan wawancara:
Kabar rotasi jabatan telah Anda pegang. Bagaimana informasi itu Anda terima awalnya?Saya sedang kerja di kantor, begitu saya kembali, dalam perjalanan itulah saya ditelpon oleh orang yang punya kewenangan tentunya. Saya tidak sebutkan namanya karena sebetulnya itu tidak boleh disampaikan. Tapi, beliau menyampaikan saya bahwa Keppres mengenai saya sebagai kepala BNN sudah ditandatangani presiden, dan sudah ditangannya Kapolri tadi malam. Berarti saya resmi menjadi kepala BNN. Oh, ya sudah. Saya bilang begitu. Tentang serah terima jabatannya menunggu. Ya sudah itu saja.
Bagaimana tanggapan Anda saat itu?Tidak apa-apa. Bagi saya biasa saja, kan saya bilang tadi, saya prajurit Bhayangkara, kapan saja dan di mana saja tidak ada masalah. Tidak ada yang perlu dipersoalkan. Karena kalau kita mau hitung-hitungan, eselon saya naik, berarti kan tidak perlu menjadi persoalan, itu biasa.
Siapa orang yang pertama kali Anda beritahu tentang kabar ini?Istri. Pulang sampai rumah, saya bilang sama istri, saya jadi nih pindah di BNN, bukan BNPT. Ya sudah, kata istri saya, gak ada masalah, kan sama saja. Untuk saya pindah-pindah itu hal yang biasa. Enggak ada yang dipersoalkan juga. Nyaman juga. Hanya kita persiapkan bagaimana menghadapi tugas yang baru ini. Istri saya sangat mendukung.
Adakah pengalaman yang paling menarik saat di Bareskrim?Saya kira ya, menarik walaupun sepak terjang saya dihujat. Karena dari internal tidak mendapatkan respons, di eksternal apalagi. Saya dianggap melawan KPK pada saat itu. Karena
nothing to lose saya bekerja, dan saya tidak berharap apa-apa hanya berharap bisa memberikan pekerjaan yang terbaik pada institusi Polri, kepada masyarakat, ya, saya tetap bekerja. Walaupun dihujat. Dan saya bilang, strata setara Mabes Polri ini harus melaksanakan penindakan terhadap pelanggaran hukum yang besar, yang kelasnya memang pantas untuk Bareskrim. Dan itu saya lakukan sekarang. Proses ini berjalan terus. Akhirnya semua berbalik memahami saya dan ikut saya. Itu sebenarnya cara saya membangun. Tanpa ada paksaan.
Seberapa penting jabatan menurut anda?Bagi saya jabatan itu tidak penting. Jabatan itu bagi saya adalah amanah. Amanah itu kan, salah satu ibadah yang harus dilaksanakan dan harus dipertanggungjawabkan. Karena kalau amanah itu datangnya dari yang atas. Siapa pun yang memilih saya dan memberikan jabatan kepada saya, manusia yang memilih saya itu hatinya digerakkan oleh Tuhan menuju seseorang, termasuk saya. Berarti orang itu mendapatkan amanah. Dan saya harus bertanggung jawab terhadap amanah itu.
Anda tidak melihat jabatan ini sebagai kekuatan?Tidak. jabatan itu amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dipertanggungjawabkan dengan suatu pekerjaan yang baik, bekerja harus sesuai dengan aturan, relnya. Ada sesuai dengan batasan-batasannya. Itu kan, yang saya lakukan sekarang.
Anda dibilang banyak orang sebagai polisi yang ‘buwas’. Benarkah demikian?Saya ini kan orang yang bertanggung jawab terhadap tugas. Saya ingin mewujudkan, melakukan tugas yang terbaik. Jadi mungkin karena saya konsekuen dalam proses itu saya dianggap polisi yang buas sekali. Padahal tidak. Nama saya mulai Buwas itu kan dibesarkan oleh teman-teman wartawan, rame-ramenya KPK-Polri, ada BW: Bambang Widjojanto, ada BW: Budi Waseso. Karena nama Bambang Widjojanto sudah disingkat BW, saya disingkat Buwas. Buwas itu kan Budi Waseso, tapi konotasinya seolah-olah seperti binatang buas. Karena dikaitkan dengan perilaku saya.
Perbincangan dengan Komisaris Jenderal Budi Waseso dilakukan CNN Indonesia hampir satu jam lebih. Kami membagi beberapa babak wawancara. Sedikit diantaranya soal jabatan, pekerjaan, keluarga, dan masa muda sang jenderal bintang tiga. Ikuti bagian wawancara khusus berikutnya.
(Baca FOKUS: Gaduh Seputar Budi Waseso)