Kisah Anang Iskandar, si Kepala Sekolah Tukang Ngarit

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Minggu, 06 Sep 2015 17:01 WIB
Ketika jadi Kepala Sekolah Polisi Negara Bangsal di Mojokerto, akhir 90-an silam, Anang Iskandar turun sendiri membawa sabit dan ikut membersikan lingkungan.
Ketika jadi Kepala Sekolah Polisi Negara Bangsal di Mojokerto, akhir 90-an silam, Anang Iskandar turun sendiri membawa sabit dan ikut membersikan lingkungan. (CNN Indonesa/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Anang Iskandar punya cerita unik pada masa-masanya menjadi Kepala Sekolah Polisi Negara Bangsal di Mojokerto, akhir 90-an silam.

Jenderal bintang tiga tersebut menceritakan bagaimana buruknya kondisi sekolah yang dia pimpin ketika itu lantaran tidak digunakan untuk proses belajar-mengajar selama kurang lebih setengah tahun.

"Tentu kondisi lingkungannya terlihat kumuh. Rumput, gedung dan fasilitas lainnya tidak terawat," kata Anang dalam blog pribadinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itu, dia memimpin sendiri gerakan membersihkan lingkungan yang dilaksanakan saat apel setiap pagi. Saat itu, setiap orang harus membawa alat-alat kebersihan seperti sabit, sapu dan pengki.

"Karena seringnya apel pagi membawa alat-alat kebersihan, sampai saya mendengar pertanyaan seorang anak kepada bapaknya. 'Kenapa setiap apel sekarang ini membawa sabit? Apa polisi sudah jadi tukang ngarit?'," kata Anang.

Anang sendiri turut membawa sabit dan ikut menyabit rumput. Karena itu, anggotanya pun ikut semangat dalam membersihkan lingkungan sekolah. "Di luar dugaan, di hari-hari berikutnya semangat anggota saya terbakar."

Lain Anang, lain Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso yang akan segera menggantikannya di BNN.

Budi juga berpengalaman di dunia pendidikan Polri. Sebelum menjadi bos reserse se-Indonesia, dia menjabat sebagai Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan Polri. Karena itu, pergantian jabatannya pun sempat mengundang tanda tanya.

"Kala saya ditunjuk menjadi Kabareskrim itu di luar dugaan sebenarnya, di luar pemahaman, pemikiran saya," kata Budi kepada CNN Indonesia.

Dia menceritakan, jabatannya di sekolah yang dia pimpin mendekatkan dia dengan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang saat itu menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polri dan dicalonkan sebagai orang nomor satu kepolisian.

Awalnya bakal penerus Anang itu hanya diperintah untuk membantu pimpinannya itu. Dia diperintahkan membantu mempersiapkan bahan uji kelaikan dan kepatutan sang jenderal bintang tiga yang kemudian justru ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Di situlah kekagetan saya. Loh kenapa bisa jadi tersangka, ini kan pilihannya Presiden," ujarnya.

Jika di SPN Anang mempersatukan anak buahnya dengan membersihkan lingkungan, Budi mempunyai cara lain. Kala dia diangkat menjadi Kepala Bareskrim, dia dihadapkan pada kelompok yang menolaknya.

Untuk menghadapinya, dia justru memutuskan untuk menggunakan tenaga dari luar Markas Besar Polri. Mereka adalah anggota-anggota yang berada di daerah, yang juga mantan murid-muridnya.

"Mereka kan baru selesai sekolah kemarin, masih menunggu penempatan. Jadi saya ambil yang saya anggap punya kemampuan," kata Budi.

Dia membuat tim untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditinggalkan Kabareskrim sebelumnya, Komisaris Jenderal Suhardi Alius.

"Pada akhirnya direspons oleh masyarakat. Program saya direspons. Banyak laporan termasuk laporannya AS, BW, dan segala macam yang direspons oleh masyarakat. Itulah yang pada akhirnya saya lakukan tugas itu. dan lambat laun, kesolidan dari anggota itu terbangun," ujarnya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER