Jakarta, CNN Indonesia -- Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu mengaku menjadi salah satu orang yang beruntung karena pernah mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar. Said bercerita, pada 33 tahun yang lalu dia mencicipi dana siswa dari salah satu yayasan buatan Keluarga Cendana.
Pria kelahiran Pinrang 2 Mei 1962 itu mengungkapkan, uang Rp 15 ribu per bulan yang diterimanya sangat membantu kebutuhannya sebagai mahasiswa. Said, kala itu terdaftar sebagai salah satu penerima beasiswa Yayasan Supersemar dari Institut Pertanian Bogor.
"Saya mendapatkan itu dari tahun 1981 akhir sampai 1984. Kiriman orang tua saya Rp 50 ribu sebulan, saya hitung-hitung itu tak cukup. Saya mengajukan beasiswa saat itu tidak sampai satu bulan lansung mendapat kabar," ujar Said kepada CNN Indonesia, Selasa (15/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama mengenyam pendidikan di Departemen Teknologi Industri Pertanian selama empat tahun, Said menyebut, uang beasiswa yang dijatahkan untuknya diberikan dalam nominal yang berbeda-beda. Dia mengatakan, uang diberikan mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu.
(Baca:
Menelusuri Sen Terakhir Kekayaan Soeharto)
Meski menyebut beasiswa Supersemar terbilang memberikan dana belajar yang paling rendah kala itu, namun Said memastikan segala kebutuhannya pada masa kuliah dapat tetap terpenuhi.
"Supersemar mungkin paling rendah, tapi cukup membantu. Naik bemo waktu itu hanya Rp 50, makan bakso Rp 100 semangkok, ya masih mencukupi. Kebetulan saya dulu juga bebas SPP karena putra perintis," kata Said.
Bercerita tentang proses mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar, Said mengatakan, pengumuman diterimanya pengajuan ke yayasan tidak sampai memakan waktu lebih dari satu bulan.
(Baca:
Cerita Soal Laba BUMN yang Masuk ke Yayasan Supersemar)
"Saya melamar, sebulan langsung dapat kabar. Dalam fomulir ditanyakan berapa kiriman dari orang tua per bulan. Yah, mungkin mereka memberi saya beasiswa karena kasihan juga," ujarnya tertawa.
Jika dibandingkan dengan yayasan ataupun perusahaan yang memberikan beasiswa saat ini, Said menyebut, Supersemar kala itu bersaing dengan beasiswa dari perusahaan-perusahaan besar. Dia pun menyebut beasiswa Supersemar kebanyakan diterima oleh mahasiswa dengan gaya yang unik.
"Rata-rata yang pakaiannya kusut-kusut itu yang dapat beasiswa supersemar. Yayasan bersaing dengan perusahaan yang kasih beasiswa," katanya.
(Baca:
Saling Lempar Soal Salinan Putusan Yayasan Soeharto)
Menanggapi soal putusan denda sebesar Rp 4,4 Triliun, Said menyebut, sangat menyayangkan dengan putusan Mahkamah Agung. Dia menilai, ada penyalahgunaan dana supersemar. "Hukum masa lalu, tidak sama dengan hukum sekarang. Ini yang ada malah hukum sekarang dipakai untuk menghukum kejadian masa lalu," ujar Said.
(meg/meg)