Teten, Jas Bermerek, dan Kenangan Bareng Buyung di Tunisia

Resty Armenia | CNN Indonesia
Kamis, 24 Sep 2015 11:14 WIB
Teten menyebut semua itu terjadi di Hamamet sebuah kota tepi pantai saat kursus kepemimpinan LSM dan Buyung jadi salah satu pengajarnya.
Teten Masduki dan Adnan Buyung (tengah). (dok pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki ternyata memiliki kenangan indah antara dirinya dan pengacara senior Adnan Buyung Nasution, yang wafat pada Rabu kemarin.

Mengawali ceritanya, Teten mengaku pernah menghabiskan waktu bersama Buyung di Hamamet, kota tepi pantai yang tersohor sebagai tujuan turis di Tunisia sekitar tahun 1990.

Kala itu, ia diutus oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) untuk mengikuti kursus bagi para kandidat pemimpin lembaga sosial masyarakat (LSM) dari seluruh dunia selama tiga bulan. Sementara Buyung menjadi salah satu pengajar dalam program kursus itu. (Baca juga: Bela Anas Urbaningrum, Perseteruan Panjang Buyung-SBY)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bang Buyung waktu itu salah satu pengajar mengenai topik 'Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia', karena konsep gerakan bantuan hukum struktural yang dirintis Bang Buyung di Indonesia dijadikan model oleh banyak pergerakan di banyak tempat," ujar Teten melalui pesan singkat.

Selain Buyung, tutur pegiat antikorupsi itu, banyak tokoh pergerakan dari seluruh dunia yang turun tangan membagikan ilmunya. Salah satunya, Daniel Lev, seorang Indonesianis dan profesor ilmu politik paling terkemuka dengan perhatian khusus pada Indonesia, khususnya pada masa pembentukan Demokrasi Terpimpin di bawah Presiden Soekarno. (Baca juga: Kisah Ruhut Saat Bertugas Bersama Adnan Buyung di Atambua)

"Profesor Daniel Lev juga menekuni perkembangan hukum, menuliskan gerakan bantuan hukum yang dirintis Bang Buyung dalam sebuah buku yang indah untuk dibaca," kata dia.

Teten mengisahkan, pada saat itu Buyung juga sedang menyelesaikan kuliah doktornya di Utrecht, Belanda. Perkuliahan itu ditempuhnya setelah kantor advokatnya di Jakarta harus tutup karena aktivitas Buyung melawan penguasa.

Di tengah kesibukan Buyung meraih gelar doktornya itulah, Teten mengaku sering menghabiskan waktu berdua dengan Buyung. Hampir setiap hari seusai kursus atau pada malam hari. (Baca juga: 'Semua Anak Buah Buyung Jadi Penting, dari Todung ke Artidjo')

"Kami duduk berdua di depan komputer dan menulis disertasi beliau lembar per lembar dan dikirim ke sekretaris Bang Buyung di Belanda. Bang Buyung bicara lisan, lalu saya mengetiknya," ujar dia.

Teten mengenang, ketika ia dan Buyung berkutat dengan disertasi, tak jarang keduanya terlibat dalam diskusi alot mengenai konsep-konsep yang akan ditulis. Namun, perdebatan itu tak berlangsung lama.

Segera setelah bahan disertasi dikirim melalui surat elektronik ke Belanda, Buyung langsung mengajak Teten berjalan-jalan, menikmati suasana petang yang indah di Harmamet. Tak lupa, Buyung mentraktir Teten makanan enak.

Belum genap rasa syukur Teten, ia mengaku diberi hadiah jas bermerek oleh Buyung. Jas itu merupakan jas pertama yang ia miliki.

"Kejadiannya begini, Bang Buyung tanya saya, 'Kamu bawa jas? Ini mau masuk musim dingin,' katanya. Saya bilang tidak punya, saya cuma bawa jaket sepotong," kata dia. Mendengar jawaban itu, Buyung lantas membuka jas yang dipakainya, lalu diberinya jas itu kepada Teten. (Baca juga: Ketua KPK Ruki Belajar Taktik Bela Klien dari Adnan Buyung)

"Jas itu pula yang saya pakai waktu saya menikah pada 1995 dan sampai sekarang saya koleksi sebagai kenangan dari tokoh pergerakan kemanusiaan yang saya hormati," ujar dia.

Teten menuturkan, ia selalu tahu bahwa Buyung memiliki hati yang bersih dan selalu ringan tangan membantu orang yang membutuhkan. Buktinya, sebelum meninggalkannya di Tunisia kembali ke Belanda, Buyung memberinya uang saku sebesar US$ 300 dan menyuruhnya membeli pakaian yang pantas.

"Soal ini saya tahu betul maksudnya, karena Bang Buyung selalu berpakaian necis," kata dia. (Baca juga: Ternyata 'Buyung' Bukan Nama Aslimu)

Teten pun mendoakan agar semua ajaran, jasa, dan kebaikan Buyung untuk kemajuan gerakan hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia tetap dikenang oleh bangsa dan mendapat tempat terindah di sisi Tuhan.

"Beliau orang yang baik," ujar dia menutup ceritanya. (hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER