Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti memerintahkan anak buahnya untuk mencari aktor intelektual di balik penganiayaan dan pembunuhan petani sekaligus aktivisi Salim Kancil.
"Kan sudah ditangkap 20 orang, tinggal mengembangkan siapa yang nyuruh, siapa aktor intelektualnya," kata Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (29/9). (Baca:
Petani Tewas di Lumajang Diduga Skenario Pengusaha Tambang)
Selain itu, dia juga mengatakan, Markas Besar Polri telah mengirimkan tenaga bantuan ke Kepolisian Daerah Jawa Timur dan Kepolisian Resor Lumajang untuk mempercepat proses pengusutan kasus ini. "Sudah saya perintahkan, dan sudah di-back up."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi yang didapatkan CNN Indonesia, beberapa hari sebelum kejadian, telah ada ancaman dari sekelompok warga terhadap Tosan, seorang korban lain yang menderita luka berat.
Namun, Badrodin mengaku belum mendengar informasi tersebut. Dia mengatakan, harus dipastikan terlebih dahulu bagaimana ancaman yang dimaksud.
Pernyataan Badrodin disampaikan menanggapi perintah Presiden Joko Widodo yang memintanya untuk mengusut kasus ini.
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Argo Yuwono kepada CNN Indonesia mengatakan tersangka kasus ini masih bisa bertambah. Namun, dia tidak bisa memastikan berapa jumlah tersangka yang akan ditetapkan.
Penetapan tersangka selanjutnya akan dilakukan berdasarkan keterangan saksi, tersangka dan alat bukti yang ditemukan. "Pemeriksaan saksi-saksi juga sudah banyak sekali, dari daerah kan semua bekerja," kata Argo.
Informasi menyebut pembunuhan ini diduga melibatkan juga Kepala Desa setempat. Namun, Argo menyatakan sejauh ini penyidik belum mengagendakan pemeriksaan terhadapnya.
"Nanti, kalau dari keterangan saksi atau alat bukti ada yang mengarah ke yang bersangkutan, baru akan kami periksa," ujarnya.
Sejauh ini, sudah 22 orang tersangka ditetapkan. Dua orang di antaranya tidak ditahan lantaran masih berusian 16 tahun.
Kejadian tersebut terjadi pada Sabtu akhir pekan lalu di Lumajang, Jawa Timur. Salim dan Tosan dijemput secara paksa dan dianiaya oleh sekelompok orang yang diduga terkait dengan usaha pertambangan. (Baca:
Kronologi Pembunuhan Petani Anti-Tambang di Lumajang)
Manajer Kebijakan dan Pembelaan Hukum Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Muhnur Satyahaprabu mengatakan keduanya dikenal sebagai pejuang lingkungan tolak tambang di desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang.
Dengan kondisi Tosan dan tewasnya Salim, Walhi menyebut, masyarakat sekitar sangat terancam, ketakutan sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan tim konsolidasi gabungan. Dia mengatakan, pihaknya turut meminta bantuan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
"Ini adalah skenario besar memuluskan usaha pertambangan yang diduga adalah PT Indo Modern Mining Sejahtera (IMMS) yang investasi triliunan di sana," ujar Muhnur.
(obs)