SETAHUN JOKOWI-JK

Suciwati: Kasus Munir Tolak Ukur Komitmen Jokowi Soal HAM

Suriyanto | CNN Indonesia
Selasa, 20 Okt 2015 19:33 WIB
Suciwati, istri mendiang aktivis Munir Said Thalib bertekad akan terus memperjuangkan nasib perkara yang menimpa suaminya. Banyak kritik untuk Joko Widodo.
Suciwati, istri aktifis HAM Munir memberikan keterangan pers di Kontras, Jakarta, Minggu, 6 September 2015. Sudah hampir 11 tahun penyelesaian kasus Munir belum juga menemukan titik terang. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Genap setahun Joko Widodo menjadi orang nomor satu di republik ini. Namun komitmennya dalam penanganan kasus-kasus hak asasi manusia masih dipertanyakan. Alih-alih menyelesaikan kasus HAM berat masa lalu, berbagai kasus pelanggaran malah terjadi di masa kepemimpinannya.

Kasus pelanggaran HAM yang jadi sorotan karena belum juga dituntaskan hingga kini adalah kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.

Istri mendiang Munir, Suciwati mengatakan, kasus pembunuhan suaminya adalah tolak ukur komitmen Jokowi dalam penuntasan kasus HAM.
Kasus Munir menurutnya adalah kasus pelanggaran HAM yang paling mudah untuk diselesaikan. "Sudah ada rekomendasi, ada tim pencari fakta, sudah ada berkasnya, tinggal memilih orang untuk diadili," kata Suciwati kepada CNN Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan ada orang yang mengaku bertanggung jawab dalam kasus pembunuhan yang terjadi tahun 2004 itu. Orang yang dimaksud Suci adalah bekas Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Mahmud Hendropriyono. "Dia bertanggung jawab karena saat itu Kepala BIN," ujar Suci.

Sebelum jadi presiden, Jokowi malah menjadikan Hendropriyono sebagai salah satu tim suksesnya. 
Kedekatan Jokowi dengan Hendropriyono ini pula yang sejak awal dikritik oleh Suciwati ke Jokowi. "Saat pemilihan presiden, Jokowi memang punya rekam jejak yang lebih bersih, tapi kalau orang di sekelilingnya jahat ya harus diberi masukan," katanya.

Setahun memimpin Indonesia, Jokowi dinilai Suci tidak menepati janji kampanyenya yang ingin menuntaskan kasus HAM. Padahal harus diakui, keberhasilan Jokowi dalam Pilpres 2014 lalu karena didukung oleh para aktivis juga.

Suci juga ingat betul saat kampenye Jokowi mengunjungi Fitri Nganthi Wani, anak dari seniman Wiji Tukul yang keberadaanya masih misteri hingga kini.

Namun sampai saat ini kasus tersebut juga tidak jelas.
Seharusnya, kata Suci, tidak perlu janji kampanye penuntasan kasus HAM itu ditanya apalagi ditagih. Sudah jadi kewajibannya sebagai pemimpin yang berjanji untuk menepatinya. "Sudah setahun tapi tak ada satupun kasus (HAM) yang disoroti," kata Suci.

Kasus pembunuhan Munir terjadi pada 7 September 2004. Ia meninggal dunia di dalam pesawat Garuda Indonesia jurusan Jakarta - Amsterdam. Munir meninggal dunia karena diracun menggunakan racun arsenik.

Dalam kasus ini, pengadilan sudah memvonis bekas pilot Garuda Pollycarpus Budihari Priyanto 14 tahun penjara pada tahun 2005. Ia terbukti menjadi orang yang menaruh racun di makanan yang dikonsumsi Munir.

Sementara Bekas petinggi BIN Muchdi Prawiro Pranjono bahkan divonis bebas oleh pengadilan karena dinilai tak terlibat dalam pembunuhan itu.

Untuk Pollycarpus sendiri hanya menjalani masa hukuman selama 8 tahun 11 bulan. Pada 28 Desember 2014 atau sebulan lebih setelah Jokowi dilantik jadi Presiden, Pollycarpus mendapat pembebasan bersyarat.

Meski orang yang membunuh Munir sudah dihukum, Suci tak serta merta puas. Ia yakin, ada pelaku lain yang belum dimintai tanggung jawab.

Karena itu itu Suci bertekad agar kasus pembunuhan suaminya bisa disidangkan lagi dengan menghadirkan mereka turut serta dalam penghilangan nyawa Munir 11 tahun silam.

Suciwati beserta elemen masyarakat sipil juga berencana menggugat pemerintah yang dinilai mengabaikan pelanggaran HAM yang terjadi. "Saya tidak akan menyerah, tidak ada kata menyerah dalam kamus saya," kata Suci. (sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER