Kayu Agung, CNN Indonesia -- Ada dua risiko yang dihadapi tim pemadam kebakaran hutan, termasuk personel Tentara Nasional Indonesia yang diterjunkan ke titik-titik api, yakni hewan buas dan kobaran api. Api yang mestinya benda mati, bahkan disebut para prajurit TNI sebagai “makhluk hidup.”
“Api itu lompat melewati sekat, seperti makhluk hidup,” kata Lettu Panji Prawira, salah satu tentara dari Rayon Kavaleri 1 Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) yang bersama 130 rekannya membantu pemadaman api pada 10 ribu hektare lahan di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
Panji tiba pekan lalu untuk menggantikan pasukan pemadam dari batalyon sebelumnya. Meski baru sepekan, dia sudah nyaris yakin api merupakan makhluk hidup.
Menurut Panji, pergerakan api, dengan bantuan angin, membuatnya terus “hidup” membakar lahan.
Paling bahaya, kata Panji, jika prajurit mendadak diapit oleh kobaran api dan hewan buas. Maklum, ujarnya, lahan konsesi tempatnya bertugas masih tergolong hutan liar.
"Ada ular, mulai kobra hingga piton. Ada juga beruang madu dan babi hutan," kata Panji di posko penanganan kebakaran hutan, Rabu (28/10).
“Jangan sampai di belakang kami ada kanal berisi buaya, dan di depannya ada kobaran api. Tinggal pilih saja mau menghadapi yang mana," kata Panji, berbincang santai tanpa menggunakan masker.
Oleh sebab itu, ujarnya, paling penting bagi anggota TNI adalah melaksanakan tugas sesuai standar operasional prosedur agar tidak terjebak pada situasi yang sangat membahayakan.
"Itu risiko kami dalam penanggulangan bencana. Selain ilmu, peralatan juga wajib ada,” kata Panji.
Peralatan yang wajib dibawa untuk menghadapi hewan ialah senapan. Meski tidak semua binatang yang ditemui di lapangan berbahaya, namun senapan penting sebagai proteksi diri.
“Senapan dibawa kalau-kalau di perjalanan ada babi hutan," kata Panji.
Namun demikian, senapan tak akan terlalu membantu jika yang mendatangi mereka adalah ular-ular, terutama ular kobra.
Ancaman hewan buas paling berbahaya, menurut Panji, adalah buaya yang ada di beberapa sungai dekat lokasi kebakaran. Ini menjadi dilema, sebab air di sungai-sungai itu menjadi sumber anggota TNI mendapatkan air untuk memadamkan api.
"Kanal-kanal yang menjadi sumber air itu ada buayanya. Kami harus antisipasi agar tidak masuk ke sana. Padahal untuk menghadapi api harus sedekat mungkin dengan sumber api,” kata Panji.
Prajurit TNI pun telah diwanti-wanti untuk tidak membunuh hewan-hewan buas dalam hutan kecuali kondisi amat membahayakan jiwa mereka.
Panji mengatakan, tugas anggota TNI di lokasi kebakaran adalah memadamkan api, bukan memakan hewan di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(agk)