Jakarta, CNN Indonesia -- Leopard Wisnu Kumala (29), tersangka peledakan bom di Mal Alam Sutera menyatakan aksi peledakan bom dilakukan untuk mendapatkan uang sebagai biaya pelunasan hutang dan untuk memenuhi permintaan sang istri.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal mengatakan Leopard memiliki banyak cicilan. Namun, karena penghasilannya yang tidak bisa menutupi cicilan tersebut, Leopard akhirnya melakukan aksi teror terhadap manajemen mal tersebut.
"Tersangka berharap mendapatkan uang dari pihak manajemen untuk menutupi semua hutang-hutangnya, yaitu cicilan rumah, cicilan sepeda motor, cicilan hutang di bank dan kartu keridit," ujar Iqbal melalui pesan singkat kepada media, Jumat (30/10).
Iqbal menuturkan, hutang yang dimiliki oleh Leopard dari cicilan-cicilan tersebut mencapai Rp20 juta. Namun, Iqbal menyampaikan, motif teror bukan hanya karena cicilan tersebut, melainkan juga karena permintaan pribadi sang istri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Istri Leopard kata Iqbal diketahui meminta Leopard untuk membeli sebuah mobil pribadi. Sehingga, Leopard yang masih belum bisa melunasi cicilan semakin tertekan.
"Setelah telilit hutang sebanyak Rp20 juta, tersangka menjadi murung dan linglung. Ditambah lagi sang istri memintanya untuk bisa membeli mobil seperti saudara-saudaranya," ujar Iqbal.
Manajemen Mal Alam Sutera pernah memberikan sejumlah uang dalam bentuk bitcoin. Iqbal menjelaskan, kala itu Leopard mengancam menejemen melalui email yang telah dimodifikasi. Leopard meminta tebusan sebesar Rp300 juta kepada pihak manajemen agar bom rakitan yang ditaruhnya tidak meledak.
"Dari pihak manajemen Mal Alam Sutera mengirimkan uang Rp1 juta dalam bentuk bitcoin. Namun, oleh tersangka bitcoin tersebut dijual dengan harga Rp700 ribu," ujar Iqbal.
Sebelumnya, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyatakan Leopard Wisnu Kumala (29) tidak terlibat dalam jaringan-jaringan terorisme yang ada di Indonesia. Tito menyampaikan Leopard melakukan peledakan didasari atas motif ekonomi.
"Pelaku tidak terkait dengan jaringan-jaringan terorisme yang telah terpetakan sebelumnya. Dia adalah pelaku tunggal," ujarnya.
Tito mengatakan motif teror yang dilakukan oleh Leopard bukan atas dasar ideologi tertentu, melainkan atas dasar kebutuhan ekonomi belaka. Sebabnya, ketika melakukan aksi teror, Leopard bekerja sendiri dan tidak terorganisir.