Jakarta, CNN Indonesia -- Kejaksaan Agung akan memanggil kembali pengusaha minyak Riza Chalid untuk dimintai keterangan terkait penyelidikan perkara dugaan pemufakatan jahat yang dilakukan Ketua DPR Setya Novanto terkait upayanya memuluskan perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia.
"Kemarin sudah diundang, kita undang lagi untuk yang kedua kali," kata Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Arminsyah, Kamis (10/12).
Panggilan ulang dikirimkan setelah Riza mangkir tanpa alasan pada panggilan sebelumnya, Senin pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Arminsyah enggan menyebut kapan persisnya Riza akan diminta datang lagi ke Kejaksaan. Saat ini Riza dikabarkan masih berada di luar negeri.
Arminsyah mengatakan Kejaksaan Agung bakal mengerahkan pasukan intelijen untuk membantu proses penyelidikan yang sedang berjalan.
"Kami sudah koordinasi dengan intelijen untuk mendukung tugas kami, untuk mendukung penyelidikan kami," ujar Arminsyah.
Kejaksaan saat ini sedang menyelidiki dugaan pemufakatan jahat berujung tindak pidana korupsi oleh Setya. Dasar penyelidikan adalah Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dugaan pemufakatan jahat ini muncul setelah Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan DPR atas tudingan pelanggaran kode etik karena diduga mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden dalam upayanya membantu perpanjangan kontrak Freeport di Indonesia.
Pencatutan diduga dilakukan saat Setya menggelar pertemuan dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan pengusaha Riza Chalid di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta. Percakapan dalam pertemuan itu diam-diam direkam oleh Maroef. Dia juga yang kemudian melapor pada Menteri ESDM.
Dalam rekaman Maroef disinggung soal permintaan saham kepada PT Freeport Indonesia untuk Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pertemuan Setya, Maroef, dan Riza secara umum membahas rencana perpanjangan kontrak karya Freeport di Papua itu yang berakhir pada 2021.
[Gambas:Video CNN] (agk)