Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia (Kabar Bumi) menjenguk keluarga Mary Jane Fiesta Veloso di Filipina baru-baru ini. Mereka prihatin melihat kondisi kerabat terpidana mati kasus narkotik itu.
“Cukup tragis. Rumah mereka hancur terkena badai. Mereka sekarang enggak punya rumah, hanya mendirikan gubuk dari triplek seadanya,” kata Karsiwen, Ketua Kabar Bumi, kepada CNNIndonesia.com, Minggu (13/12).
Pasca-badai, anak-anak Mary Jane dibawa oleh sang suami ke daerah yang tak terkena amukan badai. Sementara ibu mereka hingga kini berada di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, Yogyakarta –menanti pengusutan kasus perdagangan manusia di negaranya yang diduga membuat dia menjadi korban.
Kasus itu pula yang diduga membuat Mary Jane terjerat perkara narkotik di Indonesia. Dia ditangkap di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, pada tahun 2010 karena kedapatan membawa 2,6 kilogram heroin di tasnya. Mary kemudian divonis hukuman mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan eksekusi Mary ditunda karena perekrutnya, Maria Kristina Sergio, menyerahkan diri ke Kepolisian Filipina. Dugaan perdagangan manusia atas diri Mary pun diusut Filipina, dan Mary menjadi saksi atas kasus itu.
“Proses hukum di Filipina beda jauh dengan di Indonesia. Di Indonesia bisa saja satu kasus rampung diselidiki dalam enam bulan, tapi di Filipina bisa dua-tiga tahun,” kata Iweng, sapaan Karsiwen.
Menurut Iweng, dalam mengusut kasus perdagangan manusia itu, pemerintah Filipina sudah beberapa kali mendatangi Mary Jane di penjara untuk meminta keterangan darinya sebagai saksi.
Kabar Bumi berharap proses hukum tersebut dapat dipercepat agar kepastian hukum atas Mary Jane segera didapat. Terlebih kedua anak Mary Jane saat ini di Filipina hidup dalam kondisi sulit.
“Mereka memang sangat miskin. Rumah keluarga Mary Jane di Filipina hanya terdiri dari satu ruangan. Ruang tidur ya juga dapur untuk memasak. Saya langsung ingat waktu Mary Jane bercerita dia tidak punya kasur di rumah,” ujar Iweng.
Untuk menemui keluarga Mary Jane, Iweng dua minggu lalu menempuh empat jam perjalanan darat dari Manila, ibu kota Filipina.
Tragedi Mary Jane bermula ketika dia direkrut oleh tetangganya, Kristina, untuk bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga secara ilegal. Untuk ke Malaysia, Mary Jane waktu itu menggadaikan motor dan ponselnya.
Setibanya di Kuala Lumpur, Malaysia, pekerjaan yang dijanjikan untuk Mary Jane ternyata sudah ada. Mary lalu diminta Kristina untuk lebih dulu ke Indonesia. Ia dijanjikan bakal segera dipekerjakan di Malaysia sekembalinya dari Indonesia.
Ketika hendak ke Indonesia, tepatnya Yogyakarta, Mary Jane dibekali uang US$500 dan diberi tas untuk menyimpan pakaian dan peralatan pribadinya. Ternyata di dalam tas itu terdapat heroin 2,6 kilogram.
Mary Jane pun ditangkap otoritas Indonesia begitu mendarat di Bandara Adisucipto, Yogyakarta.
(agk)