Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian menyebut belum pernah terjadi di mana tindak pidana terorisme didukung dana hasil bisnis narkotik. Rumor soal Freddy Budiman bergabung ke Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), sejauh ini belum bisa dipastikan.
"Pengalaman kami kedua hal itu, narkotik dan terorisme, belum pernah mengerucut jadi satu," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Komisaris Besar Suharsono di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (25/1).
Suharsono mengakui Polri menerima informasi bergabungnya terpidana mati perkara narkotik itu ke ISIS. Saat ini informasi tersebut masih terus didalami dan belum bisa dikonfirmasi.
"Sedang didalami sejauh apa kebenaran informasi tersebut. Segala informasi itu tentunya harus didalami," kata Suharsono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Freddy yang kini menunggu eksekusi matinya, menurut sumber CNNIndonesia.com, bergabung dengan ISIS sejak tahun lalu.
Terkait hal ini, pengamat terorisme dari International Crisis Group (ICG) Sidney Jones mengungkapkan terdapat hubungan saling memanfaatkan antara narapidana narkoba dan teroris.
"Ada beberapa kemungkinan mengapa napi narkotik dan teroris saling berhubungan di dalam penjara. Salah satunya, perlindungan di penjara," kata Sidney saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat pekan lalu.
Bentuk perlindungan itu, ujar Sidney, adalah karena narapidana teroris memiliki status cukup tinggi dalam penjara. Mereka, katanya, dilihat sesama napi sebagai orang yang paling berani untuk mati.
"Jadi, napi biasa takut dan terintimidasi sama napi-napi teroris ini dan dengan demikian mendekati mereka," kata Sidney.
(sur)