Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan pemerintah ingin agar eks anggota organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bisa segera hidup normal di tengah masyarakat lain.
Pramono mengatakan, para menteri, pimpinan lembaga, dan kepala daerah terkait telah secara rutin melaporkan dan mengkoordinasikan agar dalam waktu dekat bisa membuat para mantan pengikut Gafatar hidup normal kembali dan berbaur dengan warga di daerah asal mereka.
"Sebab, dengan mereka segera menormalkan diri dan diterima masyarakat, mereka juga bisa hidup bersosial dengan masyarakat secara wajar," ujar Pramono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menyatakan, pemerintah bertanggung jawab memberikan perlindungan kepada para eks anggota Gafatar karena mereka juga bagian dari warga negara Indonesia.
"Kalau kemudian mereka kami tarik dan kami kirim ke tempat asal, kemudian ada persoalan baru, maka negara bertanggung jawab. Lebih baik sekarang ini dikembalikan dulu, dinormalkan. Setelah mereka hidup normal, tidak lagi dalam (pengaruh) paham-paham Gafatar, ya nanti mau ditransmigrasikan, mau dikemanakan, itu nanti (bisa)," kata Pram.
Juru Bicara Presiden Johan Budi Sapto Pribowo menuturkan, menteri-menteri terkait telah berbicara secara detail dengan pemerintah daerah setempat mengenai banyaknya mantan pengikut Gafatar yang menolak untuk kembali ke kampung halaman mereka.
"Itu nanti diserahkan kepada kementerian terkait, dibicarakan lebih lanjut, termasuk ke pemerintah daerah. Harus dilihat juga wilayah, bagaimana tanggapan penduduk setempat, bagaimana keselamatan dari anggota Gafatar ini,” ujar Johan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan juga telah memerintahkan jajarannya untuk mengurus seluruh kebutuhan hidup mantan pengikut Gafatar. Ia menjamin ribuan mantan anggota Gafatar tidak akan terlantar saat tiba di kampung halaman.
Para eks pengikut Gafatar itu dievakuasi ke kampung asal mereka setelah tempat tinggal mereka di Kalimantan Barat diserang dan dibakar massa yang menolak keberadaan mereka.
(agk)