Kepala Korps Brimob Akui Sulit Tangkap Santoso

Basuki Rahmat | CNN Indonesia
Sabtu, 20 Feb 2016 14:55 WIB
Perjalanan menuju lokasi persembunyian teroris Santoso harus ditempuh melewati medan yang berat. Gunung di Poso berlapis-lapis. Tidak seperti di Aceh
Anggota Detasemen B Pelopor Satuan Brimob Polda Kalimantan Tengah saat melakukan latihan anti teroris di Sampit, Kalteng, Senin (19/1). (ANTARA FOTO/Norjani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Korps Brimob Polri Inspektur Jenderal Murad Ismail mengakui kesulitan dalam menangkap pimpinan jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur Santoso.

Murad menyatakan perjalanan menuju lokasi persembunyian teroris Santoso harus ditempuh melewati medan yang berat sehingga aparat kesulitan untuk menangkap. "Gunung (di Poso) itu berlapis-lapis. Tidak seperti di Aceh," ujar Murad, Sabtu (20/2), seperti dikutip Antara.


Dia lantas menceritakan berbagai kesulitan yang dialami anggota polisi dalam memburu Santoso. "Anggota saya, paling lama di puncak (gunung) itu 14 hari. Kalau orang biasa, sehari dua hari sudah turun (gunung). Makanan yang dibawa itu bekal berat, kami pilih makanan semacam biskuit yang tidak berat untuk 14 hari. Lalu bawa pakaian dan senjata. Coba seberat itu mengejar orang," tutur Murad.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Murad kesulitan lainnya yaitu Santoso yang merupakan penduduk asli Poso sering menyamar untuk masuk dan keluar dari perkampungan. "Saat masuk kampung, dia pakai baju sipil. Nggak kayak tentara yang bisa dibedakan," kata dia.


Murad menambahkan, beberapa anggota MIT juga ada yang ditugaskan untuk menetap di perkampungan dan melakukan pengawasan. "Mereka menetap di kampung untuk melaporkan ke Santoso, apa ada masyarakat yang membantu polisi. Jadi warga juga terancam, kalau ada yang dekat polisi, dibunuh juga," katanya.

Polri sudah melakukan operasi Camar Maleo I hingga IV guna melakukan pengejaran Santoso dan kelompoknya, tapi Santoso juga belum tertangkap.


Kemudian setelah masa Operasi Camar Maleo berakhir, Polri melanjutkan pengejaran dengan menggandeng TNI melalui Operasi Tinombala. Operasi yang dimulai pada 10 Januari 2016 itu menargetkan untuk melumpuhkan Santoso dan kelompoknya di Poso dalam waktu 60 hari. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER