Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Budi Waseso menyampaikan bahwa kerusuhan yang terjadi di rumah tahanan Bengkulu telah direncanakan oleh sejumlah narapidana kasus narkotika.
"Ini kerusuhan sudah direncanakan. Memang karena mereka kalau mau ambil lagi kan barang bukti banyak. Nah itu dia bakar. Maksudnya, dia mau bakar barang bukti, tapi terbakar yang lainnya," ujar Budi yang akrab disapa Buwas di Kantor BNN, Jakarta Timur, Senin (28/3).
Budi menjelaskan, kerusuhan itu dipicu kala BNN melakukan pengembangan dan penangkapan terhadap para pelaku di jaringan lapas Bengkulu. Ia bercerita, awalnya timnya menangkap tersangka bernama Fery yang mengedarkan 5 gram paket narkotika jenis sabu di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fery, ujar Budi, mengaku mendapatkan sabu dari seorang perempuan bernama Wayan yang merupakan istri dari Aseng, seorang narapidana yang mendekam di lapas Bengkulu. Setelah diselidiki BNN bersama Polda dan Polres setempat, pasangan suami istri ini terbukti beroperasi dalam jaringan narkotika dan ditangkap saat melakukan pengedaran.
"Setelah kami lakukan penangkapan, kami kembangkan. Kami menemukan informasi dari yang bersangkutan, ada beberapa pelaku yang ada di dalam lapas itu. Karena mengetahui ada penggeledahan dan penangkapan tadi, mereka (para narapidana) melakukan perlawanan," tuturnya.
Perlawanan itu, ucap Budi, dilakukan sebagai upaya menghilangkan barang bukti yang ada di dalam lapas, tepatnya di kamar nomor 4. Menurutnya, kamar tersebut merupakan pusat terjadinya pengedaran dan penyimpanan barang. Budi menolak pernyataan pihak yang mengatakan bahwa perlawanan terjadi sebagai bentuk reaksi spontanitas belaka.
"Bukan seperti yang dikatakan di televisi, reaksi spontan. Tidak. Karena ini direncanakan oleh para napi jaringan itu, supaya waktu (penggeledahan) yang kedua dia tidak terungkap secara utuh," ujarnya.
Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri ini berpandangan, adanya perlawanan para narapidana di lapas ini membuktikan bahwa jaringan itu betul-berul kuat di dalam lapas, karena selama ini mereka terbentuk kekuatan di dalam lapas. Apalagi, tuturnya, saat ini BNN bersama Polri, TNI, dan Kemenkumham melakukan kegiatan intensif dalam penanganan peredaran narkotika di lapas sehingga hal ini menjadi ancaman untuk mereka.
"Ini juga menunjukkan bahwa perlawanan para napi ini sebagai wujud provokasi mereka terhadap jaringan-jaringan mereka yang ada di lapas untuk contoh para napi lain di lapas itu untuk melakukan perlawanan. Jadi ini publikasi mereka kepada napi lainnya, karena mereka di sana nonton televisi juga. Bahwa merka harus melakukan perlawanan, karena mereka sudah mulai terancam," katanya.
Insiden pembakaran oleh narapidana terjadi di rumah tahanan Bengkulu pada Jumat malam (25/3). Sebanyak lima orang meninggal dunia akibat insiden tersebut, ratusan napi lainnya langsung dievakuasi.
Menurut pernyataan Kepala Biro (Karo) Humas, Hukum, dan Kerja Sama di Kemenkumham, Effendi Peranginangin, para tahanan mengamuk, melakukan perlawanan dengan menjebol pintu hunian dan membakar seluruh blok, kecuali blok wanita.
Sebanyak 257 orang dievakuasi ke LP kelas IIA Bengkulu di Bentiring. Koordinasi pengamanan dilakukan bersama dengan Polda dan Polres Bengkulu.
Secara terpisah, Kepala Divisi Permasyarakatan, Kanwil Kemkumham Provinsi Bengkulu, Sunar Agus mengatakan aparat saat ini sedang menyelidiki provokator kerusuhan yang berujung kebakaran di Rutan Bengkulu.
Selain dugaan persoalan teknis bangunan dan kelalaian, Agus mengatakan terbuka kemungkinan adanya dugaan tindak pembakaran yang disengaja.
"Untuk provokator nanti dilihat dari hasil penyelidikan penyelidik. Yang penting kita jalan terus untuk membersihkan barang-barang yang terlarang itu," kata Sunar seperti diberitakan Antara.
Menurut Sunar, semua blok dari sel tahanan hangus terbakardan hanya menyisakan bangunan masjid, kantor dan ruang hunian.
Usai mengevakuasi seluruh tahanan yang selamat dari kejadian kebakaran ke lembaga permasyarakatan, kata dia, aparat kepolisian langsung menyelidiki penyebab kebakaran rutan. Di sekeliling rutan diberi garis polisi.
Kebakaran Rumah Tahanan Negara Malabero itu mengakibatkan lima korban tewas terbakar.
Korban tewas menempati kamar nomor tujuh blok narkoba yakni Agung Nugraha, Heru Biliantoro, Agus Purwanto, Hendra Nopiandi, dan Medi Satria.
Jumlah seluruh narapidana dan tahanan di Rutan Malabero yakni sebanyak 259 orang, lima orang tewas terbakar, satu orang dibawa ke Badan Narkotika Nasional Provinsi Bengkulu, dan satu lagi mendapatkan perawatan.
Sedangkan 252 tahanan lainnya dievakuasi ke Lembaga Permasyarkatan Klas 1A Bentiring Kota Bengkulu.
(obs)