Uang untuk Keluarga Siyono Berasal dari Kepala Densus 88

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Selasa, 12 Apr 2016 12:00 WIB
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti berkata, Kepala Densus 88 memberikan uang itu karena rasa kemanusiaan. Tidak satu peserpun uang itu berasal dari kas Polri.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti berkata, Kepala Densus 88 memberikan uang itu karena rasa kemanusiaan. Tidak satu peserpun uang itu berasal dari kas Polri. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menyebut uang Rp100 juta yang diterima keluarga terduga teroris Siyono tidak berasal dari anggaran institusinya.

Badrodin berkata, uang tersebut merupakan sumbangan Kepala Detasemen Khusus Antiteror 88, Brigadir Jenderal Eddy Hartono, menyusul tewasnya Siyono pada saat pemeriksaan.

"Itu uang pribadi, bukan uang negara, sah-sah saja," kata Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (12/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Badrodin, Eddy menyerahkan uang tersebut karena terdorong rasa kemanusiaan. "Biasa, kalau ada kematian pasti ada rasa simpati, sebagai rasa berduka cita," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas dan Komisioner Komnas HAM Sianne Indriani mengungkapkan, keluarga Siyono menerima dua amplop berisi uang.

"Jadi dua gepok uang itu, satu bungkusnya Rp50 juta. Dua gepok jadi total Rp100 juta, dalam pecahan Rp100 ribu," kata Busyro di kantor Komnas HAM, Jakarta, Senin (11/4).

Busyro menyatakan belum mengetahui kegunaan uang tersebut. Namun, dia memastikan uang itu akan digunakan untuk mengungkap kasus kematian Siyono setelah dirapatkan dengan Komnas HAM dan unsur aktivis masyarakat sipil lainnya.

Sianne menjelaskan dua gepok uang tersebut diserahkan kepada dua orang berbeda. Pertama, kata dia, satu gepok diserahkan kepolisian kepada Suratmi, istri Siyono. Kedua, kepada Wagiyono, kakak dari Siyono.

"Suratmi tidak bersedia menerima karena ini nilainya sangat besar dan dia takut menerimanya," kata Sianne.
Berdasarkan keterangan Polri, Siyono tewas ketika dibawa petugas Densus 88 menggunakan mobil untuk menunjukkan tempat persembunyian senjata Neo Jamaah Islamiyah.

Ketika sudah mendekati tujuan, di sekitar Prambanan, Siyono meminta borgolnya dilepaskan karena hendak menunjukkan tempat yang dimaksud.

Maka petugas mengikuti permintaan Siyono dengan alasan dia bersifat sopan dan kooperatif. Namun, begitu borgol dilepaskan, masih berdasarkan keterangan polisi, Siyono berontak dan terlibat perkelahian hingga tewas.
(abm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER