Jakarta, CNN Indonesia -- Sembilan petani perempuan asal Rembang, Jawa Tengah, ini seakan tak takut akibat dari perbuatan yang akan mereka lakukan. Dengan bercucuran air mata mereka mengecor kaki mereka sendiri menggunakan semen karena menolak pengoperasian pabrik semen di daerah mereka.
Tuntutan mereka jelas yakni ingin agar pemerintah Indonesia membuka mata dan melihat bahwa aktivitas pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng berdampak buruk bagi masyarakat. Dampak lingkungan hingga dampak sosial sudah pasti dirasakan oleh mereka yang tinggal di dekat pabrik semen tersebut.
Salah satu petani yang tinggal di Rembang, dan ikut dalam aksi pengecoran adalah Mursini. Dia memberanikan diri pergi ke Jakarta karena tak mau mata pencahariannya hilang karena kemunculan pabrik semen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga kecil ini terbelenggu oleh semen," kata Mursini saat ditemui di kawasan pintu masuk Monumen Nasional, Rabu (13/4).
Dua tahun berlalu sejak perusahaan pabrik semen pertama kali menyambangi daerah mereka untuk membuka pabrik di sana. Sejak saat itu pula lah penolakan dari masyarakat mengalir tak pernah berhenti.
Sayangnya, penolakan tersebut tak dilakukan secara kompak oleh masyarakat. Ada saja masyarakat yang berhasil terbujuk hingga akhirnya bersedia menjual tanah mereka pada perusahaan semen.
Perwakilan petani yang tak ikut aksi pengecoran, Joko Prianto, menjelaskan dampak sosial dari pembangunan pabrik semen membuat masyarakat jadi terkotak-kotak. Ada yang mendukung pembangunan dan ada yang melakukan penolakan.
"Padahal saat semen belum ada masyarakat ini rumpun," kata Joko.
Dengan kondisi seperti itu, para petani pun berusaha mencari perhatian pemerintah, hingga muncullah ide melakukan pengecoran kaki ini. Harapan mereka setelah melakukan pengecoran adalah Presiden Indonesia Joko Widodo terketuk pintu hatinya.
Mursini menjelaskan, mereka akan terus melakukan aksi pengecoran ini sampai Jokowi hadir menemui mereka secara langsung. Dia pun berharap agar Jokowi datang untuk menghentikan aksi yang mereka lakukan sejak kemarin, Selasa (12/4) tersebut.
"Kami akan terus begini sampai Jokowi menemui dan menghentikan kami," kata Mursini.
"Semoga Pak Jokowi terketuk pintu hatinya memperhatikan rakyat kecil yang (sengsara) karena adanya pabrik semen."
Sementara itu Joko Prianto menambahkan memang dampak dari pengecoran kaki ini bisa berbahaya bagi kesehatan mereka sendiri. Namun, Joko mengungkapkan yang dilakukan para petani ini adalah untuk masa depan yang lebih baik.
Menurutnya, rasa sakit yang dirasakan para petani tak sebanding dengan nasib generasi muda yang bisa terganggu akibat keberadaan pabrik semen tersebut.
(obs)