Jakarta, CNN Indonesia -- Hingga hari ini sudah ada 15 tersangka pelaku bisnis vaksin palsu yang diamankan oleh Kepolisian. Belasan orang yang diduga menjalankan bisnis haram itu ternyata mempunyai struktur kelompok dan target pasar masing-masing.
Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri Brigadir Jenderal Agung Setya mengatakan ada empat kelompok yang bekerja terpisah. Penyidik, kata Agung, melakukan penyelidikan terpisah pada setiap kelompok tersebut.
"Kami bangun rangkaiannya per kelompok. Mereka punya tim sendiri, distributornya punya tim sendiri. Kemudian pasarnya beda, kalau satu sudah ke sana, yang lain tidak lagi," kata Agung di Markas Besar Polri, Jakarta kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara garis besar, masing-masing kelompok terdiri atas distributor, kurir dan produsen. Ketika ditanya apakah setiap kelompok berkomunikasi satu sama lain untuk membagi pasar, Agung menduga sebaliknya.
"Mungkin tidak seperti itu. Karena pasar itu kan tergantung
supply and demand (pasokan dan permintaan), kalau perlu tambahan, ambil. Tapi prinsipnya kami terus memburu," ujarnya.
Polisi belum merinci soal siapa saja anggota empat kelompok berbeda tersebut. Berdasarkan penangkapan yang sudah dilakukan, CNNIndonesia.com mengelompokkan para tersangka berdasarkan perannya masing-masing.
Diketahui penyidik sudah mengamankan J yang memiliki apotek dan toko obat di kawasan Bekasi, Jawa Barat; dan MF, pemilik apotek lainnya di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Lalu ada HS, H, R, L, dan AP yang berperan sebagai produsen atau pembuat vaksin palsu di kawasan Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan AP diamankan di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Ada tiga distributor yang ditangkap di kawasan Subang, Jawa Barat, namun belum diungkap secara rinci. Penyidik juga mengamankan pasangan M dan T dari wilayah Semarang, Jawa Tengah, dengan peran yang sama.
Sementara T dan S yang berperan sebagai kurir juga turut diamankan. Seorang tersangka yang berperan sebagai pencetak label dan belum diungkap identitasnya pun turut diamankan.
Kepala Subdirektorat Industri dan Perdagangan Komisaris Besar Sandy Nugroho mengatakan penyidik sudah mengantongi data cara distribusi kelompok-kelompok ini.
"Dari produsen ke kurir dan ke distributor. Kemudian dari situ ada yang ke apotek, ada yang ke rumah sakit, ada yang ke Bidan. Sedang kami kembangkan, sudah ada datanya," kata Sandy.
Karena data jaringan tingkat bawah sudah dikantongi, penyidik kini berfokus mengejar pelaku tingkat atas.
Berikutnya kami akan memanggil rumah sakit terkait, bidan dan apotek. Kami fokus ke atas karena dikhawatirkan menghilangkan barang bukti. Kalau yang di bawah kan sudah ada, tinggal dipanggil," ujarnya.
Menurut Agung, ada empat rumah sakit di Jakarta yang diduga menggunakan vaksin palsu ini. Namun, dia belum mau mengungkapkan rumah sakit mana saja yang dimaksud.
"Nanti lah, kan kita mau ketemu Kemenkes (Kementerian Kesehatan) dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), supaya ada solusi terbaik selanjutnya." Rencananya, hari ini Bareskrim akan bertemu dengan kedua instansi tersebut untuk membahas persoalan ini.
(sur)