Korban Vaksin Palsu: Saya Dilarang Bayar ke Kasir Resmi

Tiara Sutari & Oktaviani Satyaningtyas | CNN Indonesia
Kamis, 21 Jul 2016 16:33 WIB
Salah satu orang tua anak yang diduga terpapar vaksin palsu menyatakan pihaknya melakukan pembayaran langsung ke perawat, bukan ke kasir rumah sakit.
Salah satu orang tua anak yang diduga terpapar vaksin palsu menyatakan pihaknya melakukan pembayaran langsung ke perawat, bukan ke kasir rumah sakit. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur diduga melakukan pelayanan ilegal terkait dengan pemberian serta pembayaran vaksin.

Salah satu orang tua anak yang diduga terpapar vaksin palsu, Riskey Lorensia (33) menyatakan pihaknya melakukan pembayaran langsung ke perawat, bukan ke kasir rumah sakit, setelah anaknya mendapatkan vaksin. Dia mengatakana anaknya mendapatkan vaksin selama Februari-Juni 2016.

"Waktu saya mau bayar debit ke kasir, susternya bilang jangan, harus tunai ke dia dan kalau bayar di sana (kasir) lebih mahal, " ujar Riskey kepada CNNIndonesia.com di Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta, Kamis (21/7).
Riskey menjelaskan selama lima kali anaknya menerima vaksin di rumah sakit tersebut, sebanyak lima kali pula dia membayar tunai perawat yang menangani anaknya. Dia menuturkan transaksi itu dilakukan di ruang kosong di dalam rumah sakit tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riskey menyatakan awalnya dia hanya memeriksakan penyakit batuk sang anak. Namun, kemudian dianjurkan untuk melakukan vaksinasi. Setelah itu, setiap bulan suster tersebut terus mengingatkan Riskey agar kembali melakukan vaksinasi terhadap anaknya.

Dihubungi secara terpisah, suster yang diduga terlibat praktik itu enggan memberikan keterangan, dia mengaku semuanya sudah sesuai prosedur rumah sakit

"Saya tidak tahu mengenai (vaksin palsu), itu semua sudah sesuai prosedur saja," katanya.

Riskey menuturkan dalam setiap kali vaksin, jumlah uang yang dibayarkan juga tidak sedikit. Pada kunjungan pertama dia harus membayar sebesar Rp1,95 juta. Selanjutnya, dia mengatakan sekitar Rp1,5 juta untuk satu vaksin.

"Saya sempat kaget dan tidak diberi bukti pembayaran," ujar Riskey.

Riskey juga menduga adanya dampak dari vaksinasi yang diduga menggunakan vaksinasi ilegal pada anaknya yang baru berusia enam bulan. Pada lipatan paha putranya muncul bintik mirip bisul dan mengeluarkan nanah. Bisul tersebut muncul setelah menerima vaksin BCG yang diberikan seorang dokter pada Maret lalu.

Dia memaparkan bisul tersebut kemudian semakin membesar hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan darah. Selama itu pula, sang anak juga mengalami demam selama tiga hari.

Hingga saat ini, meskipun sudah pecah Riskey mengaku bisul tersebut tidak juga sembuh, malah meninggalkan luka merah dan lubang menganga pada lipatan bekas terjadinya benjolan.

Walaupun demikian, anggota Komite Medis RS Harapan Bunda, Harmon Mawardi yang sempat menangani vaksinasi putra Riskey, menyatakan belum ada bukti medis bahwa benjolan bernanah tersebut merupakan dampak vaksin palsu.

"Belum bisa dibuktikan. Masalah ini sudah ada yang tangani. Bisa langsung lapor dan minta keterangan ke satgas di Rumah Sakit," katanya.
Riskey juga sempat meminta bantuan kepada Kementerian Kesehatan, dan menceritakan apa yang dialami anaknya. Namun, sambungnya, pihak kementerian itu belum memberikan responsnya. (asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER