Dibantu La Nina, Titik Panas Karhutla Turun 61 Persen

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 29 Agu 2016 18:34 WIB
Banyaknya pengurangan titik panas tahun ini membuat BNPB optimistis kebakaran hutan dan lahan tidak separah tahun lalu.
Kebakaran hutan dan lahan tahun ini diyakini tak akan meluas seperti tahun lalu. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklaim jumlah titik panas hingga Agustus turun hingga 61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berkurangnya titik panas karena dibantu oleh faktor alam, yakni fenomena La Nina.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga Agustus terpantau 12.884 titik panas. Sementara pada periode yang sama tahun lalu ada 32.734 titik panas.

Jumlah titik api panas yang tidak sebanyak tahun lalu membuat BNPB yakin kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tahun ini tak meluas seperti tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karhutla jauh lebih bisa terkendali tahun ini, kami optimistis kebakaran tidak akan meluas jika kami terus tingkatkan penanganan dan pencegahannya," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (29/8).

Meski titik panas berkurang, kebakaran hutan dan lahan menurutnya masih terus diwaspadai. Terutama pada September mendatang di mana terjadi puncak musim kering.

Daerah yang diwaspadai adalah Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Tiga provinsi tersebut menuru Sutopo memiliki titik panas terbanyak saat ini. Di Riau misalnya di mana terdapat 60 persen titik panas dari 138 titik yang ada di Indonesia.

Penurunan titik panas tahun ini disebabkan oleh semakin optimalnya penanganan karhutla oleh petugas. Persiapan dan antisipasi yang dilakukan tahun ini menurutnya jauh lebih matang jika dibandingkan tahun lalu.

Selain itu penurunan jumlah titik panas juga didukung oleh kondisi alam dan curah hujan yang tinggi. Adanya anomali cuaca yakni musim kemarau basah atau La Nina, sangat membantu pemerintah meminimalisir munculnya titik panas.

Menurut Sutopo, kemarau basah menempatkan Indonesia pada kondisi kemarau namun dengan curah hujan yang tinggi.

"Kami terus optimalkan satgas pemadam karhutla di berbagai daerah, ditambah dukungan curah hujan tinggi makanya kami bisa tekan jumlah titik api secara signifikan," kata Sutopo.

Sementara jumlah anggaran yang dialokasikan untuk penanganan karhutla sebesar Rp500 miliar dari Rp4 triliun total anggaran BNPB.

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, La Nina mulai terasa pengaruhnya di Indonesia pada bulan Agustus hingga masuk awal musim hujan. La Nina menyebabkan meningkatnya curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia. (sur)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER