Mengenang Satu Tahun Kepergian Salim Kancil

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Senin, 26 Sep 2016 10:10 WIB
Masyarakat, kolega, dan kerabat Salim Kancil malam ini akan menggelar tahlil dan doa dalam acara bertajuk 'Renungan Cinta untuk Lumajang'. Sejumlah aktivis melakukan teatrikal saat menggelar Aksi Solidaritas untuk Salim Kancil dan Tosan di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis 1 Oktober 2015. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pembunuhan tragis yang menimpa petani sekaligus aktivis anti tambang Salim Kancil masih menyisakan luka mendalam di lubuk hati kolega dan kerabatnya.

Bertepatan satu tahun kematian Salim Kancil, masyarakat menggelar tahlil dan doa bersama, serta apresiasi budaya yang bertajuk 'Renungan Cinta untuk Lumajang'.

"Rencananya malam ini kami akan berkumpul di Lumajang," kata Kepala Kampanye Jaringan Advokasi Tambang, Melky Nahar, saat dikonfirmasi Senin (26/9).

Melky mengatakan peringatan satu tahun kematian Salim Kancil bukan sekadar bentuk solidaritas sesama petani dan aktivis, melainkan juga sebagai bentuk refleksi teguran bagi negara yang masih abai terhadap ketidakadilan.

Meski kasus pembunuhan Salim Kancil telah diproses secara hukum di Pengadilan Negeri Surabaya, kata Melky, namun hasil persidangan belum memenuhi rasa keadilan.

Menurut Melky, proses persidangan kasus pembunuhan Salim Kancil belum menyentuh persoalan subtantif dan masih sebatas pada perbuatan pidana pembunuhan.

Melky mengatakan, persoalan tindakan pidana pencucian uang terkait pihak-pihak penerima manfaat, para pejabat, broker, dan pembeli pasir ilegal sama sekali tidak diangkat di persidangan.

"Mereka tidak mengusut siapa sebenarnya pemain-pemain di balik ini," kata Melky.

Kisah tragis yang menimpa Salim Kancil, kata Melky, merupakan satu dari sekian banyak rangkaian peristiwa kelam dalam kaitannya dengan investasi pertambangan di Indonesia.

Nafsu masyarakat industri kapitalis disebut Melky sebagai mimpi buruk bagi rakyat karena secara terus-menerus menjarah dan menghancurkan ruang hidup rakyat.

Salim Kancil disebut sebagai warning sekaligus contoh faktual bagaimana rakyat kerap menjadi tumbal di tengah upaya akumulasi kapital dari para pemburu rente.

Konsistensi Salim Kancil dalam menolak ruang hidupnya dihancurkan oleh tambang, berbuntut kehilangan nyawa akibat dianiaya dan kemudian dibunuh oleh sekelompok preman persis setahun silam, 26 September 2015.

Preman-preman itu belakangan diketahui sebagai orang-orang suruhan Kepala Desa Selok Awar-Awar, yang telah dijatuhi vonis 20 tahun kurungan penjara. Hukuman itu jauh lebih ringan dari tuntutan vonis seumur hidup dari jaksa.

Salim dibunuh karena menolak penambangan pasir ilegal di tanah rakyat. Penambangan pasir menjadi bisnis menggiurkan bagi pebisnis, kata Melky, karena ketersediaan pasir di Jawa Timur selama ini banyak mengandalkan dari pasokan di Lumajang.

Melky mengatakan kasus penganiayaan dan pembunuhan berencana yang menimpa Salim hanyalah satu dari sekian banyak kisah serupa di banyak tempat di Indonesia.

"Rakyat selalu menjadi tumbal dari apa yang disebut sebagai pembangunan," kata dia. (gil/rel)
TOPIK TERKAIT
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER