BRG Incar Investor Asing Danai Restorasi Gambut

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Senin, 26 Sep 2016 19:55 WIB
Packard Foundation dan Climate and Land Use Alliance sudah berkomitmen mendonorkan US$15 juta untuk pemulihan dan pengawasan lahan gambut.
Packard Foundation dan Climate and Land Use Alliance sudah berkomitmen mendonorkan US$15 juta untuk pemulihan dan pengawasan lahan gambut. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Restorasi Gambut mencari investor asing untuk mendanai pengelolaan gambut secara berkelanjutan. Kepala BRG Nazir Foead berkata, banyak investor asing tertarik pada pembudidayaan lahan gambut yang ramah lingkungan, tanpa pengeringan lahan gambut.

"Kami percaya dan memang ada pihak asing yang sangat berniat ingin membantu kerja restorasi gambut. Kalau mengandalkan CSR dan dana hibah perusahaan, target restorasi tidak akan tercapai," ujarnya di Jakarta, Senin (26/9).

Nazir mengatakan pemulihan gambut membutuhkan dukungan dan koordinasi antara pemerintah, petani, dan investor. BRG masih mengkaji sejumlah korporasi yang mengklaim berhasil memanfaatkan lahan gambut tanpa kanalisasi pengeringan.
Beberapa investor asing yang tertarik pada investasi karbon di Indonesia adalah Packard Foundation, MacArthur Foundation, Goldman Sachs, Tom Steyer, dan GoodEnergies Foundation.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Packard Foundation dan Climate and Land Use Alliance merupakan pendonor swasta yang ingin mendanai pengawasan keutuhan ekologis area-area bernilai konservasi tinggi di Indoensia.

Menurut Nazir, Packard Foundation dan Climate and Land Use Alliance sudah berkomitmen mendonorkan US$15 juta.

Nazir menuturkan, investasi pengelolaan gambut terbagi pada tiga skema utama, yaitu perlindungan, pemulihan, dan pemanfaatan lahan.

Pada skema perlindungan, dana investor akan digunakan untuk pembiayaan proyek pengurangan emisi dari degradasi hutan dan mendorong konservasi. Selain itu, dana investor akan dimaksmalkan pada upaya peningkatan stok karbon hutan.

Pengawasan dan penegakan sistem untuk moratorium gambut, kata Nazir, juga akan diberlakukan dalam skema perlindungan ini.

"Di internasional banyak pihak tertarik berinvestasi merestorasi gambut di Indonesia, terutama karena (pengurangan) karbonnya," kata Nazir.
Pada skema pemulihan, tutur Nazir, investasi akan difokuskan pada pemblokiran kanal, pembasahan tanah gambut, revegetasi, dan pemulihan gambut yang rusak karena terbakar, kering, dan tersegradasi.

Sedangkan pada skema produksi, investor asing akan didorong untuk mengedepankan bisnis ramah gambut basah. (abm)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER