Jakarta, CNN Indonesia -- Markas Besar Polri telah mengidentifikasi para pelaku penghasutan masyarakat untuk menarik uang tunai secara massal (rush money) jelang demonstrasi 25 November.
"Posisinya sudah (diidentifikasi), langsung kelihatan posisinya," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu (23/11).
Boy menjelaskan ada empat hingga lima pelaku yang tersebar di beberapa daerah. Namun dia tidak menyebutkan secara persis lokasi yang telah teridentifikasi untuk mencegah para pelaku melarikan diri sehingga menyulitkan kerja polisi. Dia hanya menyebut ada pelaku yang terletak di luar Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku sudah dapat juga, cuma belum ada upaya paksa saja. Masih memantapkan hasil penyelidikan dulu," ujarnya.
Boy mengatakan, identifikasi ini didapatkan dari proses pemeriksaan forensik digital untuk mengumpulkan bahan-bahan. Menurutnya, melalui proses ini bisa diketahui lokasi para pemilik akun media sosial yang menyebarkan hasutan tersebut.
Awalnya, hasutan itu datang dari satu sumber ke beberapa pihak lain. Lalu, mereka menyebarkannya lebih luas.
Polisi menduga hasutan diinisiasi organisasi keagamaan tertentu atas sikap pemerintah terhadap kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Thahaja Purnama alias Ahok, Gubernur petahana DKI Jakarta.
Rush Money dimaksudkan untuk menggoyang ekonomi nasional, setelah pemerintah melarang aksi unjuk rasa besar-besaran.
Badan Reserse Kriminal Polri bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengejar pencetus isu Rush Money yang viral di media sosial. Melalui dua otoritas keuangan tersebut, Bareskrim juga telah mendapatkan informasi umum terkait kondisi likuiditas dan keuangan perbankan nasional.
Polisi menilai kondisi perbankan secara umum tengah dalam kondisi yang baik sehingga aksi untuk menarik uang ramai-ramai dari bank dianggap sebagai tindakan tidak logis dan hanya akan merugikan nasabah itu sendiri.
(pmg/yul)