Sejumlah Teroris Ditangkap di Empat Wilayah Jelang #Aksi212

M Andika Putra | CNN Indonesia
Selasa, 06 Des 2016 12:32 WIB
Densus 88 Anti Teror dan BNPT menangkap sejumlah teroris di daerah Majalengka, Kalimantan Timur, Aceh, dan Banten sebelum #Aksi212.
Densus 88 Anti Teror dan BNPT menangkap sejumlah teroris di daerah Majalengka, Kalimantan Timur, Aceh, dan Banten sebelum #Aksi212. (Antara Foto/Muhammad Adimaja)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyatakan Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) telah menangkap sejumlah teroris sebelum Aksi Bela Islam III pada Jumat pekan lalu (2/12).

Pernyataan itu disampaikan oleh Tito usai menghadiri Seminar Nasional Preventive Justice dalam Antisipasi Perkembangan Ancaman Teroris di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (6/12).

"Sudah ada penangkapan yang dilakukan sebelum 212 oleh gabungan Densus dan BNPT. Ada sejumlah orang ditangkap," kata Tito.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tito enggan menjelaskan secara rinci berapa jumlah teroris yang ditangkap saat itu. Namun ia menyatakan sejumlah teroris itu ditangkap di empat wilayah, yakni Majalengka, Kalimantan Timur, Aceh, dan Banten.

Menurut Tito, penangkapan itu berhasil melemahkan kelompok teroris yang ingin menunggangi aksi 212. Oleh karena itu aksi yang digagas oleh GNPF MUI itu berlangsung damai dari awal sampai akhir.

Pada kesempatan yang sama, Kepala BNPT Suhardi Alius menyampaikan pernyataan serupa. Ia menyatakan bahwa sejumlah teroris yang ditangkap sebelum aksi 212 termasuk dalam jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD).

"Untung jaringan itu bisa dilumpuhkah, dilemahkan. Tapi bukan berarti tidak ada, potensi masih ada terus, kita bekerja keras," kata Suhardi.

Meski sudah melakukan penangkapan, Polri dan BNPT tetap mengantisipasi geliat kehadiran teroris di Indonesia. Tito menyebut teroris bisa memanfaatkan isu agama seperti Aksi Bela Islam III kemarin.

Tito menjelaskan bahwa JAD merupakan kelompok utama yang memberikan ancaman bagi keamanan nasional Indonesia. Pasalnya JAD diketahui berbaiat kepada Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

"Jadi yang bisa kami lakukan berusaha meminimalisasi gerakan mereka, rekrut mereka. Tapi akar masalah yang di Suriah, kami harap bisa diselesaikan dengan kerjasama internasional," kata Tito.

Pernyataan Tito tersebut dibenarkan oleh Suhardi. JAD merupakan jaringan yang memiliki banyak anggota. Pergerakan mereka terbilang ulung lantaran terfaliasi dengan ISIS.

"Fenomena (JAD) seperti itu, bergerak sendiri-sendiri dengan perintah di sosial media. Kemudian ada yang bergerak dengan grup dan sebagainya, ini yang perlu diatasi," kata Suhardi.

Meski begitu, Suhardi mengingatkan masih ada jaringan lain yang bersifat kecil. Jaringan itu juga patut diawasi oleh Polri mau pun BNPT. (gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER