Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menyatakan ibadah bertajuk Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) jelang hari raya Natal di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, kemarin (6/12), belum memenuhi syarat administrasi.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Komisaris Besar Rikwanto memastikan panitia KKR Natal dapat kembali melanjutkan acaranya di Gedung Sabuga setelah memenuhi syarat administrasi tersebut.
Namun, saat ditanya syarat administrasi apa yang belum dipenuhi oleh panitia penyelenggara, Rikwanto tak dapat menjawab. Ia mengaku belum menerima informasi lebih detail terkait hal itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dihentikan karena ada beberapa syarat administratif yang belum dipenuhi," kata Rikwanto di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, (7/12).
Rikwanto pun menceritakan kronologi kejadian yang terjadi di Gedung Sabuga, kemarin malam. Menurutnya, panitia berencana menggelar ibadah kebaktian menjadi dua sesi pada siang dan malam hari.
Rikwanto mengatakan, masalah muncul jelang ibadah kedua, sekitar pukul 19.00 WIB malam. Sebanyak 300 orang yang menyebut diri berasal dari organisasi masyarakat Pembela Ahlus Sunnah (PAS) dan Dewan Dakwah Indonesia (DDI) memprotes kegiatan yang berlangsung di Gedung Sabuga.
"Ibadah dilangsungkan dua kali. Ibadah pertama berlangsung lancar dan damai, tidak ada inisiden apa pun. Kemudian yang kedua, di situ masalah mulai muncul," ujar Rikwanto.
Meski demikian, menurut Rikwanto, pihak kepolisian dari Polres Kota Besar Bandung berhasil memediasi massa dari ormas dan panitia penyelenggara ibadah KKR Natal.
Mediasi itu, kata Rikwanto, menghasilkan kesepakatan bahwa panitia penyelenggara ibadah KKR Natal harus melengkapi seluruh syarat administrasi lebih dulu.
"Hasil mediasi dicapai kesepakatan akan dilanjutkan di hari mendatang dengan syarat yang sudah lengkap," ujar Rikwanto.
Rikwanto pun menyatakan bahwa tidak ada kericuhan yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Ia menegaskan, masing-masing pihak juga sepakat tidak akan melanjutkan permasalahan ini.
"Dalam prosesnya tidak ada insiden, tak ada pukul-pukulan, pengerusakan, mereka sudah sepakat tidak ada permasalahan selanjutnya," ujar dia.
Lebih dari itu, Rikwanto mengimbau masyarakat tetap mengedepankan rasa saling menghormati dan sikap toleransi antarumat beragama. Ia juga meminta masyarakat tetap mengindahkan kearifan lokal yang berada di wilayah tempat tinggalnya.
"Pesan Polri agar semua itu dapat berjalan bersamaan dengan baik, damai, dan lancar. Kalau ada yang tidak ketemu di lapangan, kami coba mediasi. Sehingga tidak saling ngotot dan terjadi konflik," tutur Rikwanto.
Ibadah bertajuk kebaktian kebangunan rohani (KKR) yang dipimpin Pendeta Stephen Tong terpaksa ditunda lantaran mendapat penolakan dari sejumlah organisasi masyarakat berbasis keagamaan.
Massa yang mengatasnamakan diri sebagai PAS meminta ibadah KKR Natal di Gedung Sabuga dibatalkan. Menurut Ketua PAS Muhammad Roin, KKR seharusnya diadakan di rumah ibadah.
(gil)