Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengapresiasi pembuatan film berjudul
Seteru yang bertemakan bela negara. Film tersebut, menurutnya, sebagai media untuk mendorong kesadaran bela negara masyarakat Indonesia.
"Saya bangga atas upaya terobosan pembuatan film
Seteru yang bertemakan bela negara dan mengandung pesan-pesan tentang persatuan dan kesatuan," ujar Ryamizard di Jakarta seperti dikutip
Antara, Jumat (9/12).
Program Kesadaran Bela Negara merupakan salah satu program prioritas Kementerian Pertahanan. Melalui Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kemhan bersama PT Dapur Film pimpinan Hanung Bramantyo membuat film
Seteru untuk menyebarluaskan kesadaran bela negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembuatan film ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya membangun karakter bangsa Indonesia. Ryamizard mengatakan, kesadaran bela negara harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk seniman.
Ryamizard berharap, film ini dapat mentransformasikan nilai nasionalisme kepada seluruh masyarakat khususnya generasi muda. Dia menyatakan, setiap warga negara bertanggung jawab menjaga persatuan serta melindungi bangsa dari ancaman seperti terorisme dan radikalisme.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini mengatakan, di tengah situasi global yang sedang dilanda konflik di timur tengah, bangsa Indonesia perlu bersyukur karena masih bisa menjaga kesatuan.
"Terima kasih dan syukur itu apa wujudnya? Wujudnya adalah bela negara. Kalau enggak mau bela negara keluar aja dari negara ini," kata Ryamizard.
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan Timbul Siahaan mengatakan film
Seteru merupakan film layar lebar program Kemhan dari anggaran 2016. Film ini akan diputar di bioskop. Sementara penyebarluasan film ini akan menggunakan anggaran 2017.
"Film bela negara
Seteru merupakan upaya kreatif yang dilakukan melalui pembinaan kesadaran bela negara di tengah teknologi yang berkembang," katanya.
Film
Seteru yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menceritakan siswa dari dua sekolah menengah atas (SMA) yaitu SMA Kesatuan Bangsa dan SMA Budi Pekerti. SMA Kesatuan Bangsa didominasi siswa keturunan multietnis, sedangkan SMA Budi Pekerti didominasi siswa lokal pribumi.
Selama bertahun-tahun kedua sekolah terlibat permusuhan. Namun pada akhirnya mereka mampu bersatu dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika. Permusuhan tersebut berganti menjadi persahabatan yang erat.
(pmg/rel)