Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, kelompok teroris Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) tengah melakukan desentralisasi operasi. Kelompok tersebut menginstruksikan para pengikutnya untuk melakukan operasi teroris di negaranya masing-masing.
"Ada upaya (ISIS) mengekspor para pelaku ke luar negeri untuk melakukan operasi di negaranya masing-masing," ujar Tito dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (23/5).
Tito memaparkan, desetralisasi operasi ISIS disebabkan oleh adanya dinamika berupa tekanan dari pemerintah Suriah dan Iraq, serta dari negara lain yang melakukan operasi militer di kawasan ISIS.
Tekanan tersebut, kata Tito, membuat ISIS merubah strateginya dengan mengerahkan pengikutnya untuk melakukan operasi di negaranya masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu dugaan desentralisasi operasi ISIS yang terjadi, yakni peristiwa ledakan di konser Ariana Grande yang berlangsung di stadion Manchester Arena, Inggris, Senin (22/5) malam. Kejadian itu menyebabkan korban luka hingga meninggal dunia.
"Jadi selama ini operasi tersentral di Suriah dan Iraq. Tapi karena adanya tekanan yang tinggi kemudian meraka melakukan operasi ke daerah-daerah," ujarnya.
Lebih lanjut, Tito mengatakan, aktifitas terorisme ISIS di sejumlah negara, termasuk di Indonesia masih akan berlangsung selama dinamika di kawasan Suriah dan Iraq terjadi. Ia mengatakan, dinamika itu akan menjadi perhatian khusus bagi Kepolisian untuk melakukan pengawasan terhadap sejumlah kelompok dan pelaku teroris di Indonesia yang berafiliasi dengan ISIS.
"Intinya terorisme ini masih bergantung pada dinamika di Timur Tengah. Jadi selagi dinamika ISIS terus berlanjut, maka dinamika di Indonesia masih terus berlanjut," ujar Tito.
Kelompok Ansharut DaulahSementara itu, Tito menyampaikan, Jamaah Ansharut Daulah merupakan kelompok teroris yang paling berbahaya di Indonesia saat ini. Ia berkata, kelompok tersebut masih melakukan sejumlah aksi teroris di sejumlah kawasan di Indonesia.
"Di Indonesia yang paling utama adalah adalah kelompok Ansharut Daulah. Ini adalah yang menjadi fokus kami," ujarnya.
Meski mengaku paling berbahaya, Tito mengklaim, Kepolisian berhasil melakukan sejumlah tindakan preventif untuk mencegah sejumlah aksi teroris yang dilakukan JAD.
Lebih dari itu, Tito menginformasikan, sebagian terduga teroris asal Indonesia juga telah mengalihkan kawasan operasinya, baik di Suriah, Iraq, dan Indonesia. Ia berkata, mereka sekarang mulai masuk ke kawasan Filipina Selatan yang diklim sebagai pecahan negara Islam Indonesia.
Untuk diketahui, Polri telah menangani 26 kasus terorisme dengan jumlah tersangka mencapai 290 tersangka sepanjang tahun 2015 hingga April 2017.