Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengimbau seluruh pemuka agama menyampaikan khotbah yang menenangkan dan tidak berkhotbah yang berpotensi mengganggu ketentraman masyarakat menjelang Pemilihan Kepala Daerah serentak 2018.
Permintaan itu disampaikan anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin saat berkunjung ke Kantor Sekretariat Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Senin (29/5).
Affifuddin melontarkan pendapat itu karena melihat maraknya perkembangan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) beberapa waktu terakhir.
"Sangat relevan untuk kami minta agar tokoh-tokoh agama menyampaikan khotbah-khotbah yang menenangkan. Tokoh agama punya peran untuk meredam hal-hal yang tidak kita inginkan,” ujar Afifuddin seperti tertulis dalam keterangan yang diterima
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerjasama antara pengawas pemilu dan organisasi keagamaan penting dilakukan. Apalagi, rangkaian pilkada dan pemilu akan diselenggarakan hingga dua tahun ke depan.
Kerjasama dalam pengawasan Pilkada dan Pemilu juga diharapkan terjalin antara Bawaslu dan organisasi-organisasi berbasis keagamaan.
Afifuddin mengatakan, Bawaslu menginginkan pengawas independen ikut mengawal pilkada dan pemilu memahami arti kebinekaan.
"Kami sangat butuh pengawas pemilu yang sudah selesai pola berpikirnya soal kebinekaan dan sebagainya," tuturnya.
Sementara itu, Ketua KWI Ignatius Suharyo menyatakan akan melibatkan Bawaslu untuk memperkuat pendidikan dan pengetahuan pengawasan pemilu bagi penganut agama Katolik.
Ia juga menjamin tak akan ada pemimpin agama Katolik yang terlibat dalam politik praktis pada Pilkada dan Pemilu mendatang.
"Jadi tidak akan ada perpecahan umat karena preferensi politik," kata Suharyo.