Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berharap media massa bisa mendinginkan suasana di Indonesia yang memanas sejak enam bulan terakhir.
Menurut Gatot, media massa bisa diandalkan dalam memberikan fakta-fakta yang tepat dan membuat tenang masyarakat. Hal itu, berbeda dengan media sosial.
"Media sosial masih mencemaskan," kata Gatot Nurmantyo saat berbuka puasa bersama perwakilan media massa di Jakarta, Senin (12/6).
Gatot mengatakan, TNI saat ini masih sangat bergantung pada pers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi dalam kondisi kekinian, sulit untuk membedakan produk jurnalistik," kata Gatot.
Keriuhan di media sosial, kata Gatot, harus disikapi secara arif dan bijak. "Mulai sekarang ada Pilkada serentak, dan sebentar lagi tahun 2019. Media bisa mendinginkan suasana, media sosial justru sebaliknya," kata Gatot.
Ujaran kebencian dan berita
hoax belakangan ini berseliweran di media sosial. Ketegangan di media sosial semakin memanas terutama ketika ajang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
Usai Pilkada DKI, situasi tak mereda. Sejumlah orang bahkan ditangkap polisi karena ujaran kebencian dan penghinaan terhadap pemerintah.
Ketegangan di media sosial menjalar ke dunia nyata dengan maraknya persekusi atau 'pemburuan' intimidatif terhadap seseorang.
Jaringan relawan kebebasan berekspresi di Asia Tenggara, Safenet mencatat sebanyak 59 orang telah menjadi korban target persekusi. Angka itu didapat dari catatan Safenet Sejak Januari hingga Mei 2017. Dari jumlah itu korban terbanyak berasal dari Jawa Barat.