Jakarta, CNN Indonesia -- Pasir dan kerikil berserakan di tengah jalan, sementara alat berat dan gundukan tanah masih berbaris rapi di bahu jalan. Begitu lah pemandangan yang terlihat saat
CNNIndonesia.com coba menyusuri ruas tol Transjawa yang akan dioperasikan secara fungsional dari Brebes Timur, Brebes hingga Gringsing, Batang pada pekan lalu.
Pemandangan itu pun memunculkan pertanyan, apakah ruas tol ini merupakan solusi untuk mengurai kemacetan parah di gerbang tol Brebes Timur? Apakah kondisi ruas tol seperti ini tidak berbahaya dan rawan kecelakaan?
Seluruh ruas tol Transjawa mulai dioperasikan pemerintah secara fungsional kemarin, Senin (19/6). Pengoperasian jalan tol ini secara fungsional dilakukan lantaran proses pembangunannya belum sempurna. Sejumlah ruas jalan masih berupa
lean concrete (LC) atau bantalan dasar jalan tol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, pembebasan lahan untuk proyek pembangunan tol ini pun belum tuntas dilaksanakan di sejumlah kawasan.
Namun, pemerintah berkukuh mengoperasikan tol ini secara fungsional. Sejumlah aturan pun dibuat guna memaksimalkan penggunaan tol ini, seperti waktu operasional, batas minimum kecepatan kendaraan, hingga penggunaan 'wasit' nantinya.
Langkah ini semata-mata dilakukan dengan harapan insiden tewasnya 12 orang pemudik pada arus mudik lebaran lalu di pintu tol Brebes Timur tidak terulang tahun ini.
Pengamat transportasi Agus Pambagyo menilai kebijakan mengoperasikan ruas tol Transjawa yang belum rampung secara fungsional, salah dan berbahaya. Menurut dia, minimnya fasilitas penerangan jalan dan rambu lalu lintas membuat ruas tol fungsional rawan kecelakaan.
"Saya ngeri
bayangin-nya, karena penerangan belum ada. Meskipun ada polisi di sana nantinya, tapi seberapa kuat tenaganya, ini dari 10 hari sebelum dan 10 hari sesudah lebaran, tenaga orang terbatas," kata Agus kepada
CNNIndonesia.com, Senin (19/6).
Dia pun menyayangkan langkah pemerintah yang terlalu fokus untuk mengurai kemacetan di Brexit pada tahun ini. Menurutnya, pemerintah harus lebih memperhatikan titik-titik rawan macet sebelum Brexit, seperti gerbang tol Cikarang Utama.
Menurutnya, gerbang tol akan tetap menjadi titik rawan macet yang perlu diwaspadai. Agus menuturkan, sistem pembayaran tunai dan penetapan tarif tol yang tidak bulat menjadi penyebab kemacetan terjadi di gerbang tol.
"Gerbang tol harus otomatis nggak bisa lagi manual. Terus gerbang tol jangan dibuka ketika itu belum masuk ke kota besar, misalnya Cirebon oke. Harus kota yang ada jalan Lingkarnya, kalau Brebes ini nggak ada," ucapnya.
Selain itu, Agus menyayangkan langkah pemerintah yang tidak memanfaatkan perkembangan teknologi pada arus mudik lebaran tahun ini. Menurutnya, Kementerian Perhubungan dapat menggunakan teknologi drone untuk memantau kondisi titik-titik macet arus mudik.
Dengan begitu kebijakan untuk melakukan pengalihan arus lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah.
 Pemerintah menggunakan ruas tol yang belum jadi sebagai jalan fungsional saat musim mudik.(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah) |
"Saya sudah pernah bilang kepada Menteri Perhubungan pakai drone, Nanti, tinggal disambungkan dengan control room yang ada di Kementerian Perhubungan, jadi kalau ada macet bisa langsung ‘dibuang’,” katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian yakin insiden kemacetan parah yang terjadi di Brexit pada arus mudik lebaran lalu tidak terulang kembali tahun ini.
Menurutnya, langkah pemerintah mengoperasikan ruas tol sepanjang 110 kilometer menuju Gringsing secara fungsional akan mengurai kemacetan di Brexit.
"Tahun ini dibangun 110 km dari Brebes Timur sampai Gringsing haris diyakini akan berkurang (kemacetan Brexit)," kata Tito saat menjadi inspektur upacara dalam Apel Gelar Pasukan Operasi Ramadniya 2017 di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Senin (19/6).
Selain itu, Tito yakin kemacetan di Brexit akan terurai dengan pengoperasian empat dari lima jembatan layang di jalur Pejagan, Brebes-Purwokerto. Jembatan layang itu akan menghindari penumpukan kendaraan yang kerap terjadi lantaran ada perlintasan kereta api di jalur selatan tersebut.
Empat jembatan layang yang mulai dioperasikan adalah Dermoleng, Klonengan, Kesambi, dan Kretek. Jembatan ini akan dioperasikan dengan dua arah terlebih dahulu. Namun polisi akan memberlakukan jalur satu arah bila terjadi kemacetan parah pada tiga hari menjelang lebaran.
"Pemerintah sudah bangun empat flyover jadi tidak terpengaruh perlintasan kereta api," ujar jenderal polisi bintang empat itu.