Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Presidium Alumni 212 Asma Dewi yang ditangkap Badan Reserse Kriminal Polri karena terkait sindikat penyebar kebencian, Saracen, dikenal jarang bergaul di lingkungannya. Tetangga mengenal sosok Asma sebagai pribadi yang tertutup.
"Dia jarang bergaul dengan warga sekitar rumahnya,” kata Idha, tetangga sekaligus pengurus RW 06 Komplek Polri, Kelurahan Ragunan, Jakarta, Senin (11/9).
Asma selama ini hanya bersosialisasi sekadarnya. Semisal, kata Idha, Asma hanya tersenyum dan memanggilnya ketika hendak berpergian.
Saat
CNNIndonesia.com mendatangi lokasi, rumah keluarga Asma tampak sepi. Pintu pagarnya terkunci rapat. Tidak ada orang lalu lalang di rumah tersebut. Hanya ada sebuah mobil bertutup mantel terparkir di garasi depan rumah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Keluarga Asma tidak ada di rumah sejak Jumat lalu, tidak pernah terlihat,” ujar Idha
Warga lainnya, Dwi yang merupakan tetangga dekat keluarga Asma cukup terkejut dengan penangkapan ini. Sebab, ia menilai Asma Dewi lebih banyak bergaul di luar ketimbang di lingkungannya sendiri.
“Bahkan kegiatan pengajian rutin di sini dia tidak pernah datang, malah sibuk ikut pengajian di luar. Saya tidak tahu dia Islamnya ikut aliran apa, makanya saya baru tahu karena ada kejadian penagkapan ini," ujar Dwi.
Asma Dewi ditangkap Bareskrim Polri, pada Jumat (8/10). Penangkapan itu dilakukan di kediamannya di Jalan A, Komplek Polri, Ampera Raya, Jakarta Selatan sekitar pukul 10.00 WIB.
Asma ditangkap karena dugaan tindak pidana ujaran kebencian, penghinaan berbau suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) berdasarkan sejumlah unggahan di media sosial Facebook-nya. Polisi mendapatkan informasi bahwa Asma memiliki hubungan dengan kelompok Saracen.
Saat ini kepolisian masih mendalami penangkapan Asma. Pasalnya polisi mendapat informasi bahwa Asma mentransfer uang sebanyak Rp75 juta ke anggota inti grup Saracen yang berinisial NS.