Jakarta, CNN Indonesia -- Mayor Jenderal Purnawirawan TNI AD
Kivlan Zen melaporkan Ketua Bidang Advokasi YLBHI Muhammad Isnur ke Bareskrim Polri atas tuduhan pencemaran nama baik, Selasa (19/9).
Hal itu terkait tudingan Isnur yang mengatakan Kivlan salah satu otak di balik massa aksi yang mengepung kantor YLBHI/LBH Jakarta pada Minggu (17/9) malam. Namun karena kurang bukti, laporan Kivlan pun ditolak polisi.
Kivlan menyebut telah memiliki sejumlah barang bukti berupa pemberitaan di media massa yang memuat ucapan Isnur. Namun barang bukti tersebut ternyata dianggap masih kurang oleh Bareskrim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya akan kembali dulu untuk melengkapi bukti lainnya sebelum melapor lagi," ucap Kivlan di gedung Bareskrim KKP, Jakarta, Selasa (19/9).
Kivlan menjelaskan, dirinya memang ingin melaporkan Isnur atas dugaan pencemaran nama baik. Menurut dia, pernyataan Isnur merupakan fitnah.
"Saya mau melaporkan atas fitnah dan pencemaran nama baik oleh Isnur karena saya tidak memimpin dan tidak hadir pada acara itu, baik hari Sabtu atau Minggu," ujar dia.
Kendati demikian, Kivlan mengakui, ia diundang oleh Ketua Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Komunis Rahmat Himran terkait rencana aksi massa di depan gedung LBH sehari sebelum kegiatan seminar di LBH.
Namun mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) itu mengklaim hanya memberikan nasihat kepada para peserta aksi massa.
"Memang saya diundang tapi bukan untuk memimpin. Saya hanya diminta pendapat dan nasihat terkait adanya demonstrasi menghadapi seminar soal PKI itu," kata
Kivlan Zen.
 Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja |
Ia saat itu menyarankan pada peserta aksi agar tak berbuat rusuh dan tak masuk ke halaman gedung LBH. "Nasihat saya (ke peserta massa aksi) jangan lakukan kerusuhan, jangan masuk halaman, jangan lempar kaca, kalau dipukul ya foto yang mukul," imbuhnya.
Kivlan khawatir acara seminar yang digelar LBH itu hanya berujung pada penuntutan pencabutan TAP MPRS 25/1966 yang ujungnya membolehkan PKI hidup kembali. Ia mengaku telah mendapatkan informasi lengkap serta data terkait penyelenggaraan seminar tersebut.
"Melihat jadwal dan data yang saya terima ada rapat di sana (LBH) dan tetap berjalan. Saya tahu karena ada orang saya di dalam yang ikut," ucapnya.
Bahkan, menurut dia, dalam aksi seni yang dilakukan pada Minggu lalu ada sekelompok peserta di LBH yang menggunakan baju berlambang palu arit dan menyanyikan lagu 'Genjer-genjer'. Ia melihat ada indikasi LBH memang sengaja berusaha mengungkit luka lama dan ingin menyalahkan pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
"Lewat pentas seni itu mereka menyatakan PKI tidak salah, kemudian menyalahkan bahwa yang salah adalah Orde Baru, pemerintahan Soeharto, dan ujung-ujungnya menuntut agar pemerintah minta maaf," terang Kivlan.
Sebelumnya Ketua Advokasi LBH Jakarta Muhammad Isnur menuduh Kivlan dan Rahmat berada di balik aksi pengepungan Kantor LBH Jakarta. Kivlan dan Rahmat dinilai Isnur sebagai orang yang paling sering menyebarkan informasi hoaks dan fitnah terkait acara yang diselenggarakan di LBH Jakarta.
Isnur pun meminta aparat penegak hukum memeriksa rekam digital dalam smartphone dan akun media sosial
Kivlan Zen dan Rahmat Himran.