Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK menyatakan, Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang menjadi Pemilu yang paling rumit di dunia. Pada Pemilu 2019 nanti, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden akan dilakukan secara bersamaan.
Hal tersebut disampaikan JK saat memberikan pembekalan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri tahun 2018 di Aula Gatot Subroto Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (23/1).
"Kalau kita lihat di Indonesia ini, di dunia ini tahun yang akan datang, tahun 2019, di mana Pileg bersamaan dengan Pilpres disatukan itu adalah pemilu yang terumit di dunia ini," kata JK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK menyebut, salah satu alasan dirinya menyebut Pemilu 2019 paling rumit lantaran sistemnya. Kemungkinan besar, kata mantan ketua umum Partai Golkar itu, Pemilu 2019 akan diikuti sedikitnya 12 partai politik.
"Kenapa saya katakan terumit? Karena sistemnya, katakan lah mungkin tahun depan 12 partai. Karena partai di Indonesia macam-macam," ujarnya.
JK mengatakan, setiap gelaran Pemilu di Indonesia memang selalu diikuti banyak partai. Hanya setelah Pemilu 1971 sampai dengan 1992, pesta demokrasi hanya diikuti tiga partai.
Sementara, pada Pemilu 1999, ada sedikitnya 48 partai yang ambil bagian dalam pemilihan langsung tersebut.
"Kira-kira juga tahun yang akan datang ini (Pemilu 2019) sekitar 12 partai," tutur JK.
Meskipun demikian, lanjut JK, Pemilu (baik pemilihan legislatif dan pemilihan presiden) dan Pilkada merupakan bagian dari sistem demokrasi yang dipilih dalam menjalankan negara ini.
"Demokrasi pada dasarnya adalah dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Demokrasi pada dasarnya ialah masyarakat memilih perwakilannya, memilih pemimpinnya secara langsung," ujarnya.
Relatif AmanJK menyampaikan, penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada di Indonesia relatif berjalan aman dan lancar. Menurut JK, sepanjang pesta demokrasi berlangsung di negara ini tak pernah ada yang sampai menimbulkan konflik berkepanjangan hingga kerusuhan.
"Kita bersyukur bahwa dari semua pemilu berjalan dengan relatif aman, walaupun berbeda caranya, berbeda metode yang kita pakai," kata dia.
JK pun membandingkan Pemilu di Indonesia dengan di Filipina, Pakistan dan India. wakil presiden era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyebut, Pemilu di Filipina maupun Pakistan dan India kerap menimbulkan konflik dan kerusuhan.
"Kalau Pemilu di Filipina, kalau tidak meninggal 20, 30, sampai 50 orang bukan Pemilu namanya. Begitu juga di Pakistan selalu timbulkan konflik, di India juga timbul konflik," tuturnya.
Menurut JK, Indonesia perlu bersyukur karena sepanjang pemilihan sejak kemerdekaan belum ada kandidat yang terbunuh hingga menyebabkan konflik besar-besaran. Kondisi tersebut, kata JK, berkat pemahaman masyarakat yang sudah baik dan pengamanan dari TNI-Polri.
"Tanpa pengamanan yang baik dan kesadaran masyarakat, itu semua menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat akan arti dari pada demokrasi sudah lebih baik," kata JK.
(djm)