MUI Duga Ada Rekayasa Jahat di Balik Penganiayaan Tokoh Agama

Bimo Wiwoho | CNN Indonesia
Rabu, 21 Feb 2018 08:57 WIB
Sejumlah kasus penganiayaan terhadap tokoh agama dinilai MUI mengandung unsur rekayasa untuk menciptakan kekacauan jelang tahun politik.
Olah TKP kasu penganiayaan terhadap salah satu tokoh agama, KH Umar Basri, di musala Al Mufathalah, Cicalengka, Jawa Barat, Januari. MUI menduga ada rekayasa terkait kasus-kasus ini. (Foto: Detikcom/Wisma Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mensinyalir ada pihak-pihak yang membuat rencana jahat demi menciptakan kekacauan di tahun politik di balik teror terhadap sejumlah pemuka agama dan tempat ibadah belakangan ini.

"MUI menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik antar-elemen masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun politik," ucap Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi, melalui siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (20/2).

Menurut dia, pihak yang ingin memecah belah kerukunan di masyarakat tersebut memanfaatkan momentum tahun politik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekerasan dan pembunuhan terhadap sejumlah pemuka agama bertujuan untuk membuat masyarakat dinaungi ketegangan, ketakutan serta rasa curiga satu sama lain. Kekacauan akan muncul dengan sendirinya Jika itu telah terjadi secara meluas di masyarakat.

Zainut pun meminta aparat kepolisian untuk mengusut hingga tuntas kasus-kasus tersebut. Menurutnya, hal itu mesti lekas dilakukan karena telah melahirkan banyak rumor tak sedap di masyarakat.

"Apabila tidak segera diusut dan dicegah, dikhawatirkan dapat menimbulkan prasangka-prasangka menyesatkan," ucap dia.

Zainut mengajak masyarakat untuk bersikap tenang dan dapat mengendalikan diri. Jangan sampai terhanyut dalam provokasi yang dapat berujung kepada prasangka dan kecurigaan. Masyarakat, kata Zainut, juga mesti memperhatikan gerak-gerik kelompok yang berupaya memecah belah dan menimbulkan kekacauan.

"Tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memecah belah persatuan bangsa," katanya.

Sejumlah peristiwa kekerasan terhadap pemuka agama terjadi di awal 2018 dalam rentang waktu yang cenderung berdekatan.

Misalnya, penganiayaan yang dilakukan terhadap Tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus Pengasuh Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Bandung pada 27 Januari lalu.

Kekerasan lalu kembali terjadi terhadap Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) Prawoto, pada 1 Februari. Prawoto harus meregang nyawa akibat kejadian tersebut.

Termutakhir, Gereja Lidwina, Sleman, Yogyakarta diserang oleh seseorang dengan pedang terhunus pada Minggu pagi (11/2).

Mereka yang tengah khusyuk berdoa lantas lari tunggang langgang keluar gereja. Empat orang terluka akibat sabetan pedang, salah satunya adalah Romo Edmund Prier yang terluka di bagian kepala. (arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER