Jakarta, CNN Indonesia -- Perkiraaan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) soal potensi terjadinya gempa megathrust dengan magnitudo mencapai 8,7 di wilayah Jakarta sempat membuat heboh dua hari terakhir.
Menanggapi itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan perkiraan itu disampaikan bukan bertujuan membuat panik. Ia mengatkaan hal itu diterangkan untuk menjadi bahan bagi pemerintah dalam mengantisipasi penanganan atau mitigasi jika gempa terjadi.
"Untuk kesiapsiagaan, untuk literasi, untuk edukasi, dari sisi itu," kata Hary kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (2/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antisipasi dini tersebut, katanya, perlu dilakukan guna meminimalisasi risiko kerugian sosial, ekonomi, serta korban jiwa. Meskipun telah menyampaikan soal perkiraan, Hary menegaskan tempat dan waktu terjadinya gempa hingga saat ini belum bisa diprediksi teknologi manapun.
Adapun soal perkiraan gempa megathrust, Hary mengatakan itu hanyalah berdasarkan kajian para ahli.
Ia lantas menerangkan soal zona megathrust yakni zona subduksi atau tumbukan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia yang berada di Samudera Hindia, dan terletak tidak jauh dari Jakarta.
Hary pun menyebut, jika memang gempa terjadi sebenarnya tidak langsung terjadi di wilayah Jakarta. Meskipun begitu, ia menyatakan kemungkinan besar wilayah Jakarta tetap akan merasakan gempa dengan kekuatan yang cukup besar seperti yang terjadi saat gempa di dekat Lebak, Banten pada 23 Januari lalu.
Hary menyebut ada banyak faktor yang membuat Jakarta bisa merasakan guncangan gempa meski titik gempa berada jauh di Samudera Hindia. Salah satunya, adalah kondisi tanah di Jakarta.
"Itu banyak faktor jadi prosesnya itu banyak sekali," ucap Hary.
(kid)