Paradoks Kebinekaan, KSAD Berharap RI Tak Seperti Suriah

DHF | CNN Indonesia
Selasa, 13 Mar 2018 18:08 WIB
Kepala Staf AD Jenderal Mulyono menyatakan kebinekaan harus disikapi dengan benar jika tidak ingin konflik Suriah, Yaman dan Libia terjadi di Indonesia.
Kepala Staf AD Jenderal Mulyono menyebut ada paradoks kebinekaan di Indonesia yang harus disikapi dengan benar. (Dok.KOSTRAD)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono menyebut Indonesia berpotensi terpecah belah seperti Suriah. Menurutnya hal tersebut terjadi karena globalisasi telah menanamkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila.

Dia mengatakan saat ini Indonesia mengalami paradoks kebinekaan. Di satu sisi keberagaman Indonesia merupakan keunggulan kompetitif. Di sisi lain justru menjadi titik lemah dan mengancam kesatuan.

"Jika tidak disikapi dengan benar, maka kita akan mengalami nasib sama seperti negara Yaman, Libya, dan Suriah," kata Mulyono saat berpidato di Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) TNI Manunggal Membangun Desa di Jakarta, Selasa (13/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dalam membuktikan kerentanan Indonesia terhadap konflik, Mulyono memaparkan data yang dikeluarkan oleh lembaga swadaya masyarakat di bidang keamanan internasional bernama The Fund for Peace.

Pada 2017, lembaga tersebut mengeluarkan indeks kerentanan negara-negara di dunia terhadap konflik. Negara di dunia dibagi empat kategori, yaitu stabil (0-62), waspada (62-89,9), siaga (90-100), dan rentan (lebih dari 100).

"Sebagaimana disampaikan dalam data indeks Lemhannas dan survei kerentanan negara dari The Fund for Peace tahun 2017 di mana Indonesia saat ini berada pada kategori waspada," ujarnya.


Dalam data tersebut, Indonesia berada di kategori waspada dengan indeks 74,9. Selain Indonesia, di kategori yang sama ada China (74,9), Meksiko (70,4), Boswana (63,5), dan Brazil (65,3).

Sementara Suriah berada di kategori rawan dengan indeks 110,8. Selain Suriah, ada Afganistan (107), Libya (101), Yaman (115,5), Somalia (114), Kongo (110), Sudan (113,8), dan Nigeria (103,5).

Menangani hal itu, Mulyono menyarankan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

"Kita harus melakukan introspeksi diri dengan berkaca kepada fakta sejarah yaitu dengan meletakkan nilai-nilai luhur bangsa," ucap Mulyono. (pmg/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER