ANALISIS

Persoalan Gatot Rebut Tiket Pilpres dan Bayang-bayang Prabowo

DHF | CNN Indonesia
Sabtu, 21 Apr 2018 09:27 WIB
Gatot Nurmantyo belum punya elektabilitas tinggi jelang Pilpres 2019. Prabowo pun disebut akan berpikir berulang-ulang untuk memberi tiket pilpres ke Gatot.
Foto: REUTERS/Beawiharta
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Gatot Nurmantyo semakin kencang didengungkan sebagai bakal calon presiden pesaing Joko Widodo di gelaran Pemilu Presiden 2019. Namun mantan Panglima TNI itu dinilai masih dalam bayang-bayang Prabowo Subianto.

Baru-baru ini, mantan Menteri Pertahanan Mahfud MD menyebut lawan Jokowi di Pilpres 2014 bukanlah Prabowo Subianto, melainkan Gatot Nurmantyo.

Gatot dinilai sedang gencar menjaring dukungan. Kelompok masyarakat yang mengusungnya pun kian bermunculan, ucap Mahfud.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dugaan saya poros itu akan, dugaan ya namanya, dugaan ndak anu, cuma berdasar pikiran rasional saja. Dugaan saya poros akan tetap dua, poros keduanya nanti Gatot," kata Mahfud saat ditemui di kantor Para Syndicate, Jakarta, Kamis (19/4).

Meski begitu, majunya Gatot untuk menantang Jokowi di 2019 masih dalam tanda tanya besar. Hingga kini belum ada partai politik yang mengusungnya.

Sejauh ini baru dua nama yang disebut bakal maju di Pilpres 2019, yakni Jokowi yang sudah deklarasi dan Prabowo yang belum deklarasi namun sudah menerima mandat dari Gerindra.

Dalam berbagai survei pun elektabilitas Gatot masih di bawah angka 5 persen. Sangat timpang dengan elektabilitas Jokowi yang berkisar di 40 persen dan Prabowo yang sekitar 20 persen.

Misalnya dalam survei yang dilakukan Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis Janiari 2018, elektabilitas Gatot hanya 0,8 persen.

Sementara dalam survei yang ditujukan ke 1.220 orang responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen ini, Jokowi meraih 38,9 persen dan Prabowo 10,5 persen.

Lalu saat dihadapkan untuk melawan Jokowi, hasil yang diraih Gatot tak lebih baik dari raihan Prabowo. Misalnya dalam survei Cyrus Network pada Maret-April 2018.

Pada survei yang memiliki respondens 1.230 orang dengan tingkat kepercayaan 95 persen itu, Gatot hanya meraih 19,1 persen di saat Jokowi 71,8 persen. Di sisi lain, Prabowo memiliki elektabilitas 29,8 persen saat Jokowi meraih 64 persen.

Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan menyebut sebenarnya nyaris tidak ada perbedaan yang ditawarkan Gatot karena memiliki kesamaan dengan Prabowo.

Gatot dinilai memiliki basis massa dan karakteristik yang tak jauh berbeda dengan Prabowo. Sehingga bila berhadapan satu lawan satu dengan Jokowi, hasilnya tak akan jauh berbeda.

"Kalau head to head diperkirakan pemilih Prabowo akan ke Gatot. Jadi suaranya untuk sementara mungkin mirip Prabowo. Kalau menang belum tahu, masih berat," kata Djayadi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/4).

Djayadi mengatakan perlawanan Gatot juga tak akan berbeda. Jika berhadapan dengan Jokowi, Gatot diprediksi masih menggoreng isu-isu seperti utang luar negeri, masuknya tenaga asing, serta hubungan diplomatik dengan China.

Dia menambahkan jika seperti itu, maka Jokowi juga akan meladeni dengan strategi yang sama, yaitu memilih cawapres yang diterima pemilih mayoritas Islam atau yang memiliki komitmen kuat memberantas korupsi.

Perbedaan Gatot dari Prabowo, jelasnya, hanya pada kebaruan sosok yang kemungkinan menarik atensi masyarakat.

"Perbedaan di figur, tapi kalau ada figur baru mungkin antusiasme orang mungkin lebih tinggi," tuturnya.
Persoalan Gatot Rebut Tiket Pilpres dan Bayang-bayang PrabowoPrabowo disebut akan berpikir ulang-ulang untuk memberi tiket pilpres ke Gatot. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko).

Tiket Pilpres

Dihubungi terpisah CEO Cyrus Network Hasan Nasbi menyebut peluang Gatot untuk berhadapan Jokowi masih terganjal tiket mengikuti Pilpres 2019.

Saat ini, Gatot belum memiliki dukungan dari partai politik dan bukan merupakan kader partai politik.

Seperti diketahui, Gatot saat ini hanya mengandalkan kelompok-kelompok relawan dan mendekati ormas Islam konservatif. Padahal dia minimal harus mendapat dukungan dari gabungan partai yang memiliki 20 persen kursi DPR atau 25 persen perolehan suara sah nasional.

"Problemnya soal tiket, siapa yang mau memberikan ke pak Gatot. Sekarang kan pilihannya tidak banyak," ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/4).

Senada dengam Djayadi, Hasan mengungkapkan peluang Gatot maju hanya jika Prabowo memberikan tiket yang saat ini sudah digenggam.

Namun pasti Prabowo akan berpikir berkali-kali sebelum menyerahkan tiket ke Gatot. Pasalnya selain Gatot belum memiliki elektabilitas tinggi, dia juga belum terlihat mampu mengerek perolehan suara Partai Gerindra.

Gatot dinilai belum bisa memberikan coattail effect atau limpahan suara kepada partai politik yang mengusungnya.

"Sementara kalau mereka memajukan pak Prabowo, efek elektoralnya jelas, Gerindra bisa jadi partai nomor dua terbesar di Indonesia," lanjut Hasan. (osc)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER