Anggota majelis tinggi Partai Demokrat Max Sopacua memberi keterangan kepada awak media di Jakarta, Kamis (13/6). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah kader senior Partai Demokrat mengumumkan pembentukan Gerakan Moral Penyelamatan Partai Demokrat (GMPPD) pada Kamis (13/6) kemarin. Kader senior yang mengumumkan pembentukan gerakan tersebut antara lain, Max Sopacua, Ahmad Mubarok, Ahmad Yahya dan Ishak.
Di antara kader senior tersebut, Max yang paling vokal. Ia menyatakan GMPPD dibentuk pada intinya dalam rangka mendorong para kader Demokrat agar setuju dilakukan suatu pembenahan organisasi.
GMPPD menilai ada sejumlah pengurus kerap membuat gaduh melalui pernyataannya. Ada tiga orang yang dituding kerap membuat gaduh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka adalah, Wasekjen Andi Arief, Wasekjen Rachlan Nashidik, dan Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Ferdinand Hutahaean. GMPPD menilai ketiga kader tersebut seringkali melontarkan pernyataan provokatif atas nama Partai Demokrat.
Padahal, tidak sesuai dengan asas partai yang mengedepankan kesantunan dalam berpolitik. "Saudara Ferdinand Hutahaean, Rachlan Nashidik dan Andi Arief kerap melontarkan pernyataan yang tidak sesuai dengan marwah, karakter dan jati diri Partai Demokrat sehingga melahirkan inkonsistensi dan kegaduhan," tutur para kader senior melalui siaran pers yang dibacakan pada pengumuman pembentukan gerakan tersebut.
"Kepada yang bersangkutan diwajibkan menyampaikan permohonan maaf dan tidak mengulanginya lagi," ucap para kader senior.
Andi Arief dan Ferdinand Hutahaean tidak memberikan tanggapan atas tudingan tersebut. Sementara Rachlan, lebih ingin membicarakan itu secara internal.
Dia tidak ingin berbantah pandangan di hadapan pers karena bisa diketahui publik.
Apabila melihat kembali dinamika Partai Demokrat, sebenarnya merupakan riak kisruh antara Max dengan Andi. Mengapa Max, karena dia yang paling vokal mengkritik Andi, Rachlan, dan Ferdinand di antara anggota GMPPD lainnya.
Dengan nada lantang dan diksi berani, Max menuding mereka bertiga sebagai salah satu faktor mengapa Demokrat perlu segera melakukan pembenahan organisasi.
"Mengganggu soliditas, merusak kredibilitas dan integritas Partai Demokrat yang berdampak pada pembusukan partai," tutur Max di kawasan Cikini, Jakarta, Kamis (14/6).
Max sendiri merupakan kader senior. Dia dikenal luas sebagai representasi Demokrat saat partai berlambang mercy tersebut menjadi penguasa dua periode.
Dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum. Kini, Max menduduki posisi anggota Majelis Tinggi.
Max juga mengaku dekat dengan Marzukie Alie dan mantan ketua umum Anas Urbaningrum yang kini mendekam di penjara akibat kasus korupsi. Diketahui, Anas kerap merong-rong SBY dan keluarganya.
Dia pernah menyebut SBY terlibat dalam kasus korupsi pembangunan Wisma Atlet Hambalang. Anas juga pernah menyebut dana kampanye Pilpres 2009 yang digunakan SBY bermasalah secara hukum.
Anas pun pernah menyebut Edhie Baskoro Yudhoyono terlibat dalam proyek SEA Games dan Hambalang. Meski demikian, Max menegaskan bahwa GMPPD tidak berkaitan dengan Marzukie dan Anas.
Dia hanya mengaku dekat di masa silam. "Kehadiran kami di sini tidak ada kolaborasi dengan Anas Urbaningrum dan Marzukie Ali," tutur Max.
Mengapa Andi, karena dia yang terbilang paling senior di antara Rachlan dan Ferdinand. Andi juga yang paling dekat dengan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di antara Rachlan dan Ferdinand.
Sebetulnya, meski tergolong lebih muda, Andi bukan orang baru. SBY sejak lama memberi kepercayaan kepada dirinya.
Salah seorang pengurus DPP Partai Demokrat mengatakan kepada CNNIndonesia.com bahwa Andi dan SBY sudah saling mengenal sejak masih tinggal di Yogyakarta. Kala itu, Andi berstatus mahasiswa Universitas Gadjah Mada sekaligus aktivis Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID). Sementara SBY menjabat sebagai Danrem.
Andi sempat diberikan posisi Komisaris PT Pos. Lalu mengundurkan diri ketika ingin fokus membantu pemenangan SBY di Pilpres 2009. Andi mendirikan Jaringan Nusantara untuk melakukan kerja-kerja kampanye.
Kemudian, dia diberikan jabatan SBY menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam. Saat Ani Yudhoyono dirawat di Singapura, Andi juga tergolong sering mendampingi.
Dia kerap mengunggah video dan foto saat berada di sana. Dengan kata lain, kedekatan antara SBY dan Andi sulit diragukan.
Jauh hari, Andi pernah mengatakan kepada CNNIndonesia.com bahwa dirinya sering menjadi target kritik kalangan senior. Salah satunya ketika Andi mendorong AHY agar pensiun dini dari militer lalu menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada 2017 lalu.
"Saya dimaki orang banyak minta AHY nyagub DKI. Makanya kalau urusan di-bully, sudah biasa," tutur Andi beberapa waktu lalu.