Rayuan Hijrah ke Negeri Khilafah

Gilang Fauzi, Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Selasa, 16 Jul 2019 08:40 WIB
Niatan hijrah untuk bangkit dari kesengsaraan ekonomi malah berujung tragedi bagi Febri (25) dan 17 WNI dalam perburuan di jantung konflik perang saudara Suriah
Febri dirundung penyesalan, teror, dan trauma setibanya di Raqqa, Suriah. (Ilustrasi oleh Laudy Gracivia)

Setibanya di Raqqa, Febri selama beberapa hari ditampung di Maktab Hijrah, semacam kantor imigrasi ISIS. Dia lantas bertanya tentang keberadaan keluarganya setelah mendapati salah satu petugas di kantor itu warga Indonesia.

Petugas itu langsung mengenali keluarga yang dimaksud Febri karena kedatangan rombongan WNI itu telah membuat heboh orang-orang di Raqqa.

Dari petugas itu Febri mendapat informasi bahwa hanya 19 orang dari 26 anggota rombongan yang berhasil masuk Raqqa. Selebihnya sudah dideportasi sejak masuk Turki dengan alasan beragam.


Petugas itu lantas membawa Febri ke sebuah daerah permukiman padat penduduk dengan pemandangan bangunan hancur sepanjang jalan. Keluarga Febri tinggal di sebuah bangunan berbentuk rumah susun menyerupai apartemen.

Luapan emosi pun mengharu-biru saat Febri bertemu keluarganya. Tapi perasaan sedih bercampur suka cita itu tak bertahan lama. Alih-alih senang dijumpai anak bungsunya, ibunda menyesalkan Febri menyusul ke Raqqa.

"Ngapain kamu ke sini. Kita ini sudah lama ingin pulang. Di sini semua bohong, propaganda, tidak dapat apa-apa, pemimpin Baghdadi juga tidak jelas juntrungannya ke mana," ujar Febri mengenang perkataan ibunya.

Rayuan Hijrah ke Negeri KhilafahLatihan militer para kompatan ISIS. (Dok. Al Hayat Media Center)


Keluarga Febri rupanya merupakan rombongan yang 'terabaikan' karena menolak ikut pelatihan militer ISIS --setelah beberapa pekan digembleng pendidikan agama.

Mereka menolak masuk militer dengan alasan jauh-jauh datang ke 'ibu kota Negara Islam' untuk sepenuhnya menjadi warga sipil, bekerja, dan mendapat penghasilan.

Pejabat ISIS setempat berang mendengar penolakan tersebut. Mereka yang menolak pelatihan militer kemudian ditahan, sampai akhirnya rombongan WNI itu dicampakkan tak mendapat fasilitas yang dijanjikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selebihnya adalah teror dan trauma. Ledakan dan rentetan tembakan terjadi setiap hari, menghantui keluarga Febri yang bertahan hidup dengan keterbatasan dana dan tenaga.

Mereka pernah menyaksikan bagaimana mayat digantung dengan kepala terpisah, sementara badannya ditandai dengan tulisan Arab.

"Kepalanya dimainkan sama anak kecil, ditendang-tendang. Di ISIS itu dibilang penjahat, intel musuh, orang kafir harus dibunuh," kata Febri.

Rayuan Hijrah ke Negeri KhilafahPasukan ISIS mengeksekusi tentara Suriah di Palmyra. (Footage)


Situasi semakin kacau ketika Raqqa menjadi sasaran serang kelompok yang berselisih dengan ISIS. Salah satu kerabat Febri bahkan meninggal akibat terkena serpihan ledakan dari bom yang jatuh di luar area permukiman mereka.

"Rutin dalam 10-15 terdengar suara ledakan. Pintu rumah sempat hancur kena getaran akibat ledakan. Om saya meninggal di sana terkena serpihan bom dari pesawat hingga sekarat," kata dia.

Selain Paman Febri, seorang kerabat sepuh berusia 80 tahun juga meninggal karena tak mampu lagi bertahan dari sakit-sakitan.


Total anggota rombongan tersisa 18 orang, termasuk Febri yang belakangan menyusul.

Febri sejak dua hari kedatangannya sudah didatangi oleh semacam katibah atau anggota pasukan yang berkeliling menyisir lokasi permukiman Raqqa untuk perekrutan militer.

Orang itu meminta Febri mengikuti pendidikan agama sebelum berlatih perang demi berjihad mempertahankan kekuatan Negara Islam di Suriah.

Pihak keluarga pun cemas. Mereka menyiasati segala cara demi menghindarkan Febri dari perekrutan militer setiap kali kombatan ISIS menyatroni rumahnya.

"Sampai saya pura-pura sakit, bahkan disuntik sampai sakit beneran," kata Febri.

Berlanjut ke halaman berikutnya...

Rayuan Hijrah ke Negeri Khilafah

Nekat Kabur Bertaruh Nyawa

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3 4 5 6
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER