Wiranto: Karhutla Kalimantan Sudah Ganggu Aktivitas Warga

CNN Indonesia
Jumat, 13 Sep 2019 23:15 WIB
Menko Polhukam Wiranto menyebut dampak karhutla sudah mengganggu aktivitas, ditambah musim kemarau berkepanjangan.
Menkopolhukam, Wiranto menyebut karhutla di Kalimantan sudah masuk taraf ganggu hidup masyarakat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto membenarkan keadaan di wilayah Kalimantan yang terdampak kebakaran hutan, menggangu aktivitas masyarakat.

Wiranto mengakui sejumlah aktivitas penerbangan pun telah terdampak akibat kabut asap yang memenuhi wilayah itu.

"Yang jelas sudah ganggu kehidupan masyarakat yang terdampak. Asap ini sudah ganggu kehidupan masyarakat sehari-hari sehingga ganggu penerbangan di beberapa tempat di waktu-waktu tertentu. Jadi sudah menggangu," kata Wiranto di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (13/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut, saat ini diperlukan penanggulangan yang cepat dan tepat untuk persoalan kebakaran hutan ini. Salah satunya dengan menggunakan hujan buatan di wilayah-wilayah dengan titik panas tinggi.

Hanya saja kata Wiranto, saat ini Indonesia tepatnya di wilayah terdampak kebakaran hutan justru tengah dilanda kemarau panjang.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan baru akan turun pada pertengahan Oktober mendatang.

Oleh sebab itu, hujan buatan pun tak bisa serta merta dilakukan lantaran awan dengan kadar akr hingga 75 persen tak banyak muncul di wilayah itu. Maka kata Wiranto satu-satunya jalan adalah penambahan pasukan darat.

"Perlu penguatan pasukan darat yang memadamkan api. Perlu penguatan. Itu dalam bentuk tambahan pasukan personel dan tambahan alat kelengkapannya," kata Wiranto.

Selain itu, Wiranto mengatakan, pemerintah juga sudah merencanakan akan membuat hujan buatan di titik-titik kebakaran dengan sistem gerak cepat. Sistem gerak cepat ini yakni dengan menyiagakan pesawat yang dipenuhi garam yang siap siaga setiap kali ada awan berpotensi memiliki kadar air 76 persen.

"Perlunya memanfaatkan peluang hujan buatan. Hujan buatan itu kebakaran selesai semuanya," kata dia.
Pembuatan hujan buatan ini memang menggunakan metode tabur garam di atas awan yang berpotensi memiliki kandungan air hingga 75 persen. Garam dibawa oleh pesawat terbang, kemudian ditabur di atas awan dengan kandungan air 75 persen. Tak lama, awan akan terurai dan berubah menjadi air hujan.

Oleh karena itu, pemerintah sepakat membentuk Pasukan Pemadam Reaksi Cepat (PPRC). Pasukan ini akan dibekali dengan pesawat terbang yang sudah diberi muatan garam. Mereka disiagakan di lokasi-lokasi terdekat dari titik api.

Panglima TNI pun, kata Wiranto, sudah menyatakan kesiapan untuk memberikan sebuah pesawat jenis Cassa dan N35 untuk digunakan membantu membuat hujan buatan.

Sementara itu, untuk titik api yang jauh dari pemukiman warga memang sulit dijangkau oleh tim darat. Maka, opsi bom air menggunakan helikopter menjadi pilihan pemerintah untuk memadamkan api.

"Kita siapkan heli, sudah ada 42 heli. Banyak itu. Tahun lalu nggak sebanyak itu. Jadi sebenarnya sudah cukup, tapi ya kembali tadi gimana kondisi di darat," kata Wiranto.
[Gambas:Video CNN] (ain/tst/ain)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER