Jakarta, CNN Indonesia -- Bau dari Kali Sekretaris, Tanjung Duren,
Jakarta Barat menyengat. Aromanya tak sedap. Namun, bau itu tak menganggu lima emak-emak yang sedang berkumpul di gang itu.
Roma (45), Baidah (37), Wulan (21), Mini (34), dan Asi (30) justru asyik
ngerumpi. Di depan kali sekretaris itu mereka tinggal. Mereka bertetangga selama bertahun-tahun. Kontrakan mereka persis berhadapan dengan Kali Sekretaris.
Bau di Kali Sekretaris berasal dari tinja warga. Ketiadaan septic tank membuat warga buang air besar ke Kali itu. Warga memang sudah memiliki jamban umum, tapi jamban mereka tak dilengkapi dengan septic tank. Kotoran pun langsung dibuang ke Kali melalui saluran berupa pipa paralon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata mereka, bau menyengat itu sudah biasa.
"Mungkin kami sudah tak punya hidung," kata Mini kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (8/10).
"Kalau baru ke sini, siapapun pasti geli, tutup hidung. Baunya pertama-tama memang nyengat," ujar Roma menimpali.
Roma bercerita, awal-awal mengontrak rumah di sana, bau kali mengganggunya. Tapi lama-lama terbiasa. Roma ingat betul ketika keluarganya datang dari kampung untuk menginap di rumahnya.
Ketika itu, ibunya heran dan sempat protes. Bahkan bertanya, kok bisa Roma dan tetangganya hidup berdampingan dengan kali yang mengeluarkan bau sangat menyengat.
"Aku bilang saja, 'mak itu sudah bagaikan parfum buat kami'. Sudah biasa," kata dia.
Sebagai ibu rumah tangga, Roma dan emak-emak lainnya berkegiatan seperti biasa. Ada juga yang memasak, mencuci, dan makan di depan Kali. Bahkan ngerujak bersama tetangga dilakukan di depan kontrakan, menghadap ke kali.
Tak cuma itu, teras semipermanen yang dibangun dari kayu ini juga jadi tempat parkir motor. Di atasnya melintang sejumlah kayu maupun bambu sebagai tempat menjemur pakaian.
Baidah mengatakan perkara tidak ada septic tank sehingga saluran pembuangan air warga mengalir langsung ke kali sudah berlangsung sejak lama. Baidah mengaku sudah tujuh tahun tinggal di kontrakannya bersama kedua anak dan suami.
[Gambas:Video CNN]Rata-rata di kontrakan yang terletak di dekat kali itu ditinggali empat sampai lima anggota keluarga. Ukuran kontrakan bervariasi, tapi kebanyakan tak lebih dari 2 x 3 meter. Tarif per bulannya, kata Baidah Rp400 ribu.
Menurut Baidah, warga sudah tak mempermasalahkan bau tak sedap. Mereka justru lebih mempermasalahkan banjir atau insiden anak kecil suka tercebur ke dalam kali.
"Anak-anak kan masih kecil, suka
kecebur. Banyak korban ini. Sampai sakit berapa hari tuh anak-anak," kata Baidah.
Tak hanya anak-anak. Roma juga punya pengalaman yang dianggapnya lucu. Saat itu ia sedang memarkirkan motor di atas teras semi permanen yang dibuat di atas kali.
Tak sadar ketika memundurkan motor, ia malah tercebur ke dalam kali bersama motornya.
Soal banjir, di Gang Sekretaris I air memang tak sampai meluap ke dalam rumah. Beda di Gang Sekretaris II, III, IV. Luapan air kali saat musim hujan sudah dianggap biasa.
Syarifudin (60), seorang penjaga keamanan di kompleks tak jauh dari rumahnya yang terletak di Gang Sekretaris II menceritakan kisahnya ketika menghadapi banjir.
Syarifudin mengaku tinggal di gang tersebut sejak tahun 1978. Dia memiliki enam anak dan 13 cucu. Semua anaknya tinggal di kawasan Gang Sekretaris. Kebanyakan mengontrak di rumah-rumah sekitar gang.
"Asal kali sudah penuh meluap, ya banjir. Bisa sedengkul. Dulu tahun 1986 banjir sudah sampai leher," tuturnya.
Kala itu, anaknya masih berusia dua minggu. Karena air dari kali dekat gang tersebut sudah meluap hingga setinggi leher, ia harus membawa istri dan anaknya mengungsi ke musala dekat rumah.
"Anak saya dibawa kayak mayat diangkat ke atas jam dua pagi. Mana istri masih pakai kemben karena baru lahiran, dipayung," kata Syarifudin, sambil memperagakan ulang dirinya mengangkat sang anak dengan kedua tangan di atas kepala.
Kini, puluhan tahun berlalu. Masalah banjir di pemukiman tempatnya tinggal pun tak kunjung selesai. Terlebih karena pemukiman tersebut sudah kian penuh dan sesak.
Syarifudin mengatakan setiap banjir, cucu-cucunya pun tak absen mendapat giliran sakit diare maupun gatal-gatal. Kalau sudah sakit, mereka kemudian dilarikan ke Puskesmas Tanjung Duren Utara.
Rumah yang ditinggali Syarifudin adalah rumah miliknya pribadi. Ia tinggal di sana bersama delapan orang anggota keluarganya, termasuk keluarga anak pertamanya. Rumahnya berlantai dua, dilengkapi dengan ruang tamu, dapur dan kamar.
Keluarga anak sulung Syarifudin, Dini (38) tidur di lantai atas kamarnya yang berukuran setidaknya 4x3 meter. Dini tinggal bersama suami dan empat anaknya di kamar tersebut. Tak banyak perabotan yang terdapat di kamar Dini. Hanya ada satu kasur kecil, lemari dan satu televisi yang terpampang.
Meskipun punya rumah sendiri dan tidak mengontrak, Syarifudin mengaku juga tidak mempunyai kamar mandi sendiri maupun septic tank.
"Enggak ada septic tanknya. Seumur-umur nggak ada. Pakai WC umum. Di sini ada dua lokasi," tuturnya.
Wacana Bangun Septic TankPembangunan septic tank sudah jadi wacana dari empat bulan lalu. Hal tersebut pun diamini Ketua RT 15, M Sitanggang.
Ia mengatakan selama puluhan tahun dirinya berada di wilayah itu sejumlah kamar mandi umum yang diperuntukkan bagi warga setempat memang tak memiliki septic tank.
"Dari dulu kita tinggal ada yang 30 tahun, 40 tahun, tidak punya septic tank. Pembuangan langsung ke kali," tuturnya.
Namun ia mengatakan pengadaan septic tank di wilayah tersebut sebenarnya sudah diwacanakan oleh Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Dalam hal ini ia mengacu pada Keputusan Gubernur No 878 Tahun 2018 tentang Gugus Tugas Pelaksanaan Penataan Kampung dan Masyarakat.
Melalui keputusan yang ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu, kawasan RT 15 RW 17 Tanjung Duren Utara jadi satu dari 21 kampung yang akan ditata.
Sitanggang mengatakan wacana tersebut sudah mulai dibicarakan sejak April lalu. Sudah beberapa kali ada pertemuan antara warga dengan Suku Dinas Jakarta Barat dan Kelurahan Tanjung Duren Utara di Kantor Wali Kota Jakarta Barat.
"Dari wali kota sudah memutuskan ada empat sampai lima konsultan. Menanyakan ke warga mau diapakan kampung ini. Mau ditata seperti apa," jelas Sitanggang.
Kemarin sejumlah utusan dari pihak pemerintah juga sudah datang meninjau lokasi pemukiman untuk membangun septic tank komunal yang akan dijadikan alur pembuangan air warga setempat.
Namun belum ada pembangunan yang dilakukan. Baru ditentukan sejumlah lokasi yang ditandai dengan pilox untuk dijadikan lokasi pembangunan septictank. Lokasi tersebut berada tepat di sejumlah lokasi kamar mandi umum di gang itu.
Hal tersebut pun diiyakan oleh Camat Grogol Petamburan Didit Sumaryanta. Ia mengatakan bahwa dari pihak pemerintah daerah sudah mengiriman biotec septic tank dan akan dilakukan penggalian besok.
Terdapat tiga titik lokasi yang akan dilakukan penggalian. Septic tank akan ditanam dengan kedalaman 2,3 meter.
"Hari ini melalui Pemda DKI sudah mengirimkan namanya biotec septic tank. Besok (Rabu) pagi akan kita lakukan penggalian untuk menenam biotec septic tank tersebut," tuturnya ketika dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia juga mengatakan pembangunan septic tank di kawasan tersebut sudah masuk ke dalam agenda pemerintah daerah namun belum sempat direalisasikan.