Jakarta, CNN Indonesia -- Pendidikan adalah salah satu jalan menggapai cita-cita. Untuk melewati jalan itu, tidak gratis. Sebagian orang tua mungkin akan menghela nafas dalam-dalam ketika berurusan dengan biaya pendidikan untuk masa depan buah hatinya.
Baru-baru ini, Penasihat Keuangan Independen, Jouska Indonesia mengunggah biaya pendidikan di sejumlah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan Taman Kanak Kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Kesepuluh sekolah yang menyelenggarakan pendidikan TK itu antara lain Lazuardi Cordova, Al Azhar Blok M, Ipeka, Kinderfield Duren Sawit, Cikal Cilandak, Al-Falah Jakarta Timur, Mentari International School, Australia Independent School, Jakarta International School dan Global Islamic School.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 10 TK tersebut, semuanya mematok biaya belasan hingga puluhan juta. Itu hanya untuk uang pangkal atau uang muka, belum termasuk biaya bulanan atau SPP.
Uang pangkal TK di Lazuardi Cordova, misalnya, mencapai Rp15.4888.000. TK di Cikal Cilandak mematok uang pangkal hingga Rp41.800.000 dengan SPP bulanan sebesar Rp4.000.000.
Sementara TK dui Australia Independent School (AIS) di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, membanderol uang pangkalnya sebesar Rp9.450.000 dengan SPP Tahunan menembus Rp169.000.000.
Bagi orang tua, terutama mereka yang berpenghasilan menengah ke bawah, menyekolahkan anak mereka ke sekolah-sekolah tersebut bisa jadi hanya impian di siang bolong.
 Anak usia dini menyimak guru dan bermain di PAUD Anggrek, Jakarta, Jumat, 13 Desember 2019. )CNNIndonesia/Adhi Wicaksono) |
Isma, bukan nama sebenarnya, boro-boro terlintas menyekolahkan anaknya ke AIS. Untuk membayar uang pangkal Rp3 juta dan SPP bulanan Rp300.000 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal, Depok, ia masih pikir-pikir. Hingga akhirnya Isma memilih memasukkan anaknya ke TK Bunga Bangsa, Depok. TK Bunga Bangsa mematok Rp1 juta untuk uang pangkal dan Rp190.000 untuk SPP bulanan.
Penghasilan terbatas membuat Isma tak bisa memasukkan anaknya ke sekolah dengan kualitas dan fasilitas terbaik. Bicara keadilan atau persamaan hak mengakses pendidikan terbaik, Isma cuma bisa pasrah.
"Kalau orang tua sih emang maunya sekolah di tempat yang bagus, ya. Tapi kalau sampai puluhan juta buat aku sendiri sih, enggak bakalan sanggup," kata Isma kepada CNNIndonesia.com.
"Lain hal kalau yang orang tuanya pejabat, enggak ada masalah," ujar dia menambahkan.
Hingga berita ini ditulis, Plt Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Syaifullah belum merespons pesan yang telah dilayangkan CNNIndonesia.com untuk membicarakan perihal mahalnya biaya PAUD atau TK.
Sementara Direktur Pembinaan dan Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbud Muhammad Hasbi menyatakan jumlah PAUD atau TK mahal tak banyak.
Untuk PAUD, Hasbi mengatakan dari data pokok pendidikan (Dapodik), jumlah satuan PAUD di Indonesia yang menerima iuran dari orang tua sekitar 148 ribu. Sisanya dibiayai APBN, APBD Kabupaten/ Kota, Yayasan/ organisasi masyarakat, dan sumber lain. Iuran tersebut, terang dia, bersifat sukarela mengikuti kemampuan ekonomi orang tua peserta didik.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Pemerintah Pusat telah menyediakan alokasi DAK Non Fisik Bantuan Operasional (BOP) PAUD sebesar Rp4,475 triliun guna membantu penyelenggaraan PAUD di semua satuan yang terdaftar di Dapodik.
"Peserta didik penerima manfaat BOP PAUD sebanyak 7,4 juta anak di kurang lebih 230 ribu satuan PAUD," kata Hasbi kepada
CNNIndonesia.com, Jum'at (13/12).
PAUD Melon di Lenteng AgungSalah satu PAUD berbiaya murah di DKI Jakarta terletak di Jalan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. PAUD Melon namanya.
Berdiri sejak 2008, PAUD Melon mulanya menggratiskan biaya masuk dan iuran setiap peserta didik. Namun pada tahun ini, setiap peserta didik diharuskan membayar Rp500 ribu untuk uang pangkal dan Rp5 ribu setiap kali pertemuan.
Kepala Sekolah PAUD Melon, Herry Wahyuni mengklaim uang pangkal dan SPP berdasarkan permintaan dari orang tua peserta didik.
"Uang masuk Rp500 ribu baru tahun ini, itu juga permintaan orang tua murid minta dua seragam. Biar enggak pakai baju bebas lagi," kata Wahyuni saat ditemui di Lenteng Agung.
Ia menjelaskan iuran harian sejumlah Rp5 ribu dialokasikan untuk pengajar, dengan menyisihkan Rp1 ribu untuk amal. Jika peserta didik tidak masuk, ucapnya, otomatis tidak ada pendapatan bagi pengajar.
Wahyuni berujar saat ini jumlah peserta didik PAUD Melon sebanyak 21 anak. Mereka terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas besar dan kelas kecil. Para peserta didiknya adalah warga setempat.
Sementara tenaga pengajar diisi oleh dua orang guru reguler dan satu guru piket. Pengajar ini merupakan lulusan S1 yang mendapat beasiswa dari program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat era Fauzi Bowo dan Basuki Tjahaja Purnama.
"Pengajar dari lingkungan sini aja, kita ajuin beasiswa S1 waktu itu dan bertahan mengajar sampai sekarang. Tiga orang guru. Satu guru piket," tutur Wahyuni.
Wahyuni mengatakan jam kegiatan belajar mengajar PAUD Melon mulai Senin sampai Jum'at dengan lama belajar tiga jam per hari. Para peserta didik, tambah dia, diajari baca, tulis, hitung (calistung), hingga pembangunan karakter sejak dini.
 Kepala Sekolah PAUD Melon, Lenteng Agung, Herry Wahyuni. (CNN Indonesia/Ryan Hadi Suhendra) |
Ia menjelaskan sejak PAUD Melon berdiri, ada program pengenalan lingkungan dan pembentukan karakter dengan mengunjungi wali murid setiap dua bulan sekali.
"Hari ini kunjungan ke rumah wali murid. Dua bulan sekali. Biar tahu ini rumah (orang tua) ini; perkenalan. Dan belajar adab cara bertamu. Rutin dilakukan sejak berdiri," tuturnya.
Belajar dengan AlamSejak satu tahun belakangan, bangunan PAUD Melon sedang dalam tahap renovasi. Kegiatan belajar mengajar pun dialihkan ke Musala Al Ikhlas yang letaknya berdekatan.
Mengenai fasilitas bermain, jangan bandingkan PAUD Melon dengan PAUD atau TK di awal tulisan. Di PAUD Melon hanya ada dua mainan. Satu ayunan dan satu permainan lain di halaman depan bangunan PAUD.
Perihal bantuan pemerintah, PAUD Melon pada bulan Oktober kemarin baru saja menerima bantuan berupa Alat Pembelajaran Edukatif (APE) dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Selain itu beberapa bulan sebelumnya, juga ada bantuan operasional berupa barang-barang kegiatan belajar mengajar.
"Kita BOP dapat baru tahun ini, berupa barang. Jadi ada rencana anggaran belanja nih, mereka yang nentuin. Misal alat tulis, buku administrasi PAUD, tapi tidak bisa untuk pengadaan meja dan kursi anak-anak," jelas Wahyuni.
Dengan keterbatasan fasilitas, PAUD Melon menyiasatinya dengan cara-cara kreatif. Wahyuni mengatakan sesekali para peserta didik dibawa ke luar untuk belajar menanam tanaman, dan berkunjung ke Taman Margasatwa Ragunan untuk pengenalan binatang.
Belajar di luar ruang kelas dibuat sesuai tema. Misalnya, anak-anak akan dibawa ke Ragunan untuk belajar dengan tema mengenal binatang. Atau diajak melihat pohon mangga, rambutan, dan sebagainya untuk belajar mengenai tanama,.
"Karena tidak berbiaya, kita ambil segala sesuatunya dari alam," ucap Wahyuni.