Sejumlah masjid yang ditutup dan meniadakan salat tarawih di bulan Ramadan membuat warga mau tak mau tetap berada di rumah. Salat tarawih dan lima waktu berjemaah hanya dilakukan bersama keluarga.
Herman (57 dan istrinya, yakni Hidastini (55) sudah bisa menahan diri untuk tidak ke masjid untuk menjalankan salat tarawih seperti Ramadan sebelumnya. Kini, mereka melakukan di rumah saja.
Berbuka puasa, dilanjut salat Maghrib, Isya dan Tarawih, Herman dan Hidastini lalu menyaksikan video ceramah di internet menggunakan telepon seluler. Menonton ceramah via internet itu kebiasaan baru mereka.
Selama ini, ceramah mereka peroleh selepas Salat Tarawih berjemaah di masjid. Hasrat untuk mendapat siraman rohani di bulan Ramadan tak bisa dibendung. Karenanya, mereka menonton video ceramah via internet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidastini sendiri mengaku tak pandai mengoperasikan ponsel. Dia orang awam. Namun, sudah berulang kali diajari suami mengoperasikan ponsel untuk menonton ceramah, lama kelamaan Hidastini mulai terbiasa.
"Semuanya baru ya, mungkin ini new normal itu, biasanya sehabis buka saya dan suami pergi ke Masjid Raya Bandung untuk tarawih, sekarang di rumah saja, lihat ceramah online, ngobrol dengan anak-anak juga online," kata Hidastini.
Warga Bandung yang lain, yakni Siti Sugihartini (33) juga tidak melaksanakan salat tarawih berjemaah di masjid pada Ramadan tahun ini. Dia menunaikan tarawih di rumah kontrakannya yang cenderung sempit.
Jika ingin salat berjemaah bersama suami, dia harus memindahkan kasur yang biasa dipakai anaknya tidur dan bermain mainan. Berbeda dengan salat di masjid, Siti merasa lebih nyaman beribadah, meski masih harus menjaga jarak.
"Mau salat tarawih paling sendiri, pernah waktu awal puasa tapi anak-anak suka ribut kalau tidak dijagain, kalau di masjid kan enak luas," ujarnya.
Siti juga mengaku ingin mendengarkan ceramah Ramadan yang biasa dia peroleh di masjid usai salat tarawih. Namun, kini dia tidak bisa mendapatkan itu.
Siti pun tidak selalu bisa menonton video ceramah di internet. Alasannya, kekurangan finansial. Siti adalah ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai ojek online, sehingga pendapatannya tidak seberapa.
Siti bahkan harus menghemat kuota internet ponselnya agar bisa mengikuti program streaming sekolah anaknya yang duduk di kelas 1 SD.
"Saya kadang-kadang aja lihat ceramah di TV, kalau di hp saya hemat kuota buat ikut kelas online anak saya," kata Siti.
Siti berharap pandemi virus corona ini bisa berakir sehingga ia dan keluarganya bisa menunaikan salat Id berjamaah di masjid. Ia merasa kurang jika tidak menunaikan salat Id setelah menunaikan puasa satu bulan.
"Iya
pinginnya sih salat Id, biar sreg aja puasanya," ucapnya.
(mln/bmw)
[Gambas:Video CNN]