Abid masih duduk di gudang di salah satu sudut di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Ia tampak bersantai, meski waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB.
Tengah hari di stasiun, biasanya jadi waktu yang ramai penumpang. Apalagi jelang lebaran seperti ini. Sebagian pemudik menggunakan kereta untuk pulang ke kampung halaman.
Bagi porter atau pramuantar seperti Abid, banyak penumpang berarti banyak pula pintu rezeki. Tapi dua tahun belakangan tidak begitu. Pandemi Covid-19 mengacak-acak penghasilan Abid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak pandemi Covid-19 merebak, hari raya dan libur panjang bukan lagi jadi waktu emas bagi para porter. Tak terkecuali Abid.
Delapan tahun menggeluti profesi sebagai porter, tahun-tahun sepanjang wabah jadi waktu yang berat. Meski dia mengakui, 2021 ini tergolong lebih mending ketimbang 2020 lalu.
Dia mengingat, tahun lalu Stasiun Gambir sama sekali tak beroperasi. Berbeda dengan tahun ini, stasiun tak sepenuhnya mati. Beberapa kegiatan masih berjalan, meski terbatas. Kondisi ini menurutnya cukup membantu membuka pintu rezeki para porter.
"[Pas awal pandemi] Menurun drastis hampir 90 persen, masa pandemi tahun lalu enggak aktivitas, sekarang masih ada tapi terbatas keretanya keberangkatan empat, kedatangan empat," kata Abid saat ditemui CNNIndonesia.com, Kamis (6/5).
"Dibandingkan tahun lalu ya, tahun lalu tidak ada penghasilan, tahun ini ada aja rezekinya, ada donatur ada orang yang peduli sama porter di stasiun. Alhamdulillah ada saja," imbuh Abid yang kini didapuk sebagai salah satu ketua grup porter di Stasiun Gambir.
Hari itu Kamis, 6 Mei 2021, hari pertama pemberlakuan larangan mudik. Sehingga kereta yang melayani perjalanan pun dibatasi. Deretan bangku di ruang tunggu juga tak banyak yang terisi.
![]() |
Lihat juga:Bandara Djuanda Sepi Penumpang H-2 Lebaran |
Sepi penumpang bisa jadi salah satu tengara sepinya pula kantong para porter. Sebab kian jarang penumpang, kian sedikit pula jumlah koper atau barang yang mungkin bisa dibawakan para porter.
Jika biasanya jelang lebaran dalam sehari bisa mengantongi Rp200 ribu hingga Rp250 ribu. Saat ini pemasukan itu menyusut antara Rp50 ribu sampai Rp80 ribu sehari.
"Tergantung rezeki masing-masing, rata-rata Rp50 ribu-Rp80 ribu ya sudah atau 100 ribu maksimal. Kalau biasanya 200-250 ribu pas Ramadan," tutur Abid.
Sampai-sampai, untuk mengirim uang bulanan rutin ke orang tua di kampung pun Abid kesusahan.
"Sekarang mau kirim uang juga sulit, biasanya bisa kirim Rp200 ribu sampai Rp300 ribu," aku pria usia 40 tahun tersebut.
Lanjut baca ke halaman berikutnya ...