Jakarta, CNN Indonesia --
Jauh-jauh hari Dini sudah siap berkemas meninggalkan Ibu Kota. Lapak dagangannya di pasar pun sudah ia tutup duluan, meski Lebaran masih kurang sepekan.
Padahal biasanya, toko yang menjual bahan kebutuhan pokok sehari-hari itu baru ia kemasi dua hari jelang Hari Raya Idulfitri tiba. Ini kali, Dini rela kehilangan pemasukan beberapa hari demi lancar pulang ke kampung halamannya di Purwokerto, Jawa Tengah.
"Hari Rabu [5 Mei] saya mau mudik soalnya," terang Dini saat ditemui CNNIndonesia.com, Selasa (4/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cuma perkara tutup warung. Sehari sebelum jadwalnya mudik, Dini menyempatkan pergi ke pusat perbelanjaan. Ia membeli pakaian dan oleh-oleh untuk anggota keluarga.
Rupanya hal serupa dilakukan ribuan orang lainnya. Buktinya, sejumlah pusat perbelanjaan di DKI Jakarta mulai dibanjiri pembeli sejak awal Mei 2021.
Salah satu yang sempat ramai dan membeludak adalah pengunjung di Pasar Tanah Abang yang mencapai 100 ribu orang dalam sehari pada Minggu (2/5). Ini pun belum angka total.
Dini mengakui langkahnya mengunjungi pusat perbelanjaan lebih awal itu lantaran mengejar waktu sebelum aturan larangan mudik diterapkan pada 6 Mei. Demi bisa mudik, Dini harus beranjak dari Jakarta paling lambat 5 Mei atau sehari sebelum larangan mudik berlaku.
Alhasil hari itu juga ia kebut mulai dari menyisir pusat perbelanjaan hingga menyiapkan dokumen syarat perjalanan antar-daerah seperti hasil negatif tes Covid-19. Sebelum periode larangan mudik pada 6-17 Mei 2021, pemerintah menerapkan masa pengetatan mudik.
Pada rentang dua pekan sebelum periode larangan mudik, pelaku perjalanan antar-daerah harus mengantongi hasil negatif tes Covid-19 yang berlaku 1x24 jam. Termasuk Dini, yang mudik menggunakan transportasi bus.
Hasil negatif Covid-19 tes antigen hari itu juga sudah di tangan. Pelbagai persiapan itu cenderung tak banyak aral. Hanya saja, Dini memang perlu menutup lapak usahanya jauh lebih awal.
"Ya cuman jualan harus tutup lebih cepat saja. Biasanya dua atau tiga hari sebelum lebaran baru tutup," ungkap Dini.
Tapi baginya semua itu tak jadi soal asalkan bisa melepas rindu dengan keluarga di kampung halaman. Mengingat, tahun lalu ia sudah sempat gagal pulang karena corona.
 Infografis Titik Penyekatan Larangan Mudik di Jabodetabek. (CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi) |
Lanjut baca ke halaman berikutnya ...
Pulang jauh hari sebelum tiba masa larangan mudik juga dilakukan warga lain, Denny. Karyawan swasta ini mengaku menyiasati peniadaan mudik dengan pulang lebih awal.
Ia menuturkan, mudik bersama anggota keluarga pada tahun ini terpaksa ditempuh demi bisa berkumpul bersama orang tua di kampung halamannya di Samarinda, Kalimantan Timur.
"Menjenguk orangtua," ucap Denny.
Menurut dia, mudik di tengah pandemi Covid-19 ini sebenarnya tidak terlalu merepotkan dibandingkan situasi masa-masa awal wabah. Pasalnya Denny dan keluarganya hanya perlu memenuhi sejumlah syarat perjalanan dengan transportasi udara, salah satunya menyertakan hasil negatif tes Covid-19.
Dokumen hasil tes Covid-19 itu juga tak sulit. Ia hanya perlu bersabar dan menunggu antrean tes antigen di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten.
Bagi Denny itu tak masalah. Sekalipun mendekati periode larangan mudik, jumlah penumpang di bandara meningkat. Alhasil antrean pun tak bisa dihindari.
"Ya mengantre sedikit waktu tes di klinik dekat rumah sama pemeriksaan di bandara," ucap dia.
 Ilustrasi. Petugas melakukan pemeriksaan tes cepat Covid-19 di area Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa 22 Desember 2020. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
Cerita berbeda diungkapkan pemudik lain, Aldi. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjual makanan di salah satu kantin di sebuah kantor di Jakarta itu mengatakan perjalanan mudiknya menuju Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada 30 April lalu, tidak mudah.
Aldi menuturkan, pilihan pulang ke kampung halaman mengendarai sepeda motor sempat hampir gagal setelah diberhentikan polisi. Dia diminta untuk putar balik saat hendak masuk ke Kabupaten Tasikmalaya.
"Kemarin saya hampir enggak bisa mudik, karena pas mau sampai disuruh putar balik," cerita Aldi.
Namun, Aldi tak mengikuti perintah putar balik tersebut. Setelah menjauh dari titik pemeriksaan, dia memutar otak, mencari cara agar tetap bisa tiba di Purwakarta.
Dia kemudian memindahkan tas ransel yang digendongnya ke dalam bagasi motor. Tak cukup itu, Aldi juga membuka jaketnya supaya tak terlihat seperti seorang pemudik.
Ia meyakini, siasat itu akan berhasil, mengingat motor yang dikendarainya menggunakan pelat nomor dari Kabupaten Purwakarta.
"Bisa kalau begitu, karena motornya juga pelat T [kode pelat nomor untuk Purwakarta], jadi saya kayak warga lokal kemarin," ucap Aldi.
Benar saja, cara itu akhirnya berhasil mengantarkan Aldi tiba di kampung halaman.
Menurut Aldi, ia tak menjumpai proses pemeriksaan dokumen hasil tes Covid-19 oleh aparat, selama perjalanannya dari Jakarta menuju Purwakarta. Meskipun, ia mengaku telah menyiapkan hasil rapid test antigen sebelum mudik ke Purwakarta.
Pemerintah menetapkan melarang mudik mulai 6-17 Mei 2021 demi menekan laju penyebaran virus corona. Tapi atas nama rindu keluarga dan kampung halaman membuat sejumlah warga menyiasati pelbagai aturan demi tetap bisa pulang.
Pelbagai ahli epidemiologi hingga pemerintah berulang kali mengingatkan risiko penularan Covid-19 akibat pergerakan orang. Kebijakan larangan mudik lebaran tahun ini pun ditempuh berkaca dari lonjakan kasus pada libur Idulfitri 2020 yang mencapai 93 persen.