Susi Susanti yang sudah meraih berbagai titel bergengsi di nomor individu dituntut untuk mampu membawa Indonesia juga bisa berprestasi di Piala Uber. Saat itu Indonesia sendiri menjadi tuan rumah di gelaran 1994.
"Prediksi di atas kertas, saat itu kita masih kalah dari Cina dan Korea Selatan jika dilihat dari segi materi tim. Namun hal itu tidak menghalangi niat Indonesia untuk bisa juara," tutur Susi.
Indonesia saat itu hanya memiliki Susi dan Lili Tampi/Finarsih sebagai pemain yang ada di posisi lima besar dunia, kalah dibandingkan Cina dan Korea yang memiliki materi tim yang lebih merata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itulah saya bertekad untuk selalu bisa menyumbang poin. Sebagai pemain yang turun di nomor pertama, kemenangan saya bisa berdampak positif bagi partai lainnya," ucap Susi.
Di babak final, Indonesia berduel menghadapi Cina dan Susi berjumpa dengan sang rival Ye Zhaoying di partai pertama. Susi sukses menunaikan tugasnya dengan menang 11-4, 12-10 atas Ye Zhaoying. Indonesia pun kembali bisa mengangkat trofi Piala Uber setelah sekian lama.
"Perjuangan seluruh pemain di tim itu begitu hebat. Ditambah dukungan penonton, kami berhasil jadi juara," ucap Susi.