Istora Senayan sudah mulai kehilangan suaranya. Bahkan beberapa penonton sudah mulai meninggalkan kursi tempat mereka duduk. Padahal di lapangan, masih ada Susi Susanti yang tengah berjuang agar Indonesia tak kalah di partai ketiga.
"Saat itu saya masih pemain muda dan belum apa-apa. Indonesia sudah tertinggal 0-2 dan saya pun kalah di gim pertama," tutur Susi.
Istora yang biasanya gaduh menjadi sunyi karena Susi pun di ambang kekalahan saat ia tertinggal 6-10 di gim kedua dari Lee Young-Suk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hening Istora itu, Susi terus berjuang untuk tidak kalah. Poin demi poin ia kumpulkan. Suara dukungan pun mulai terdengar sedikit demi sedikit.
"Musuh tinggal merebut satu poin dan semua berakhir. Maka saya bertekad mati-matian. Kemanapun
shuttlecock jatuh, akan saya kejar semampu saya," kata Susi.
Melihat Susi yang jatuh bangun mengejar
shuttlecock membuat penonton kembali bergairah. Ada harapan di sana dan suara Istora pun kembali pecah. Susi sukses menyamakan kedudukan menjadi 10-10 dan akhirnya menang 12-10 lewat
deuce.
Saat interval, kemeriahan Istora sudah kembali seperti sedia kala. Semua memiliki keyakinan bahwa pebulu tangkis muda Indonesia ini bisa menjawab harapan publik Indonesia.
"Saat jeda interval, Young-Suk dimarahi dan ditampar oleh pelatihnya. Saya ingat benar hal itu namun saya tetap fokus pada diri saya sendiri," kata Susi.
Pada game ketiga, Susi benar-benar sudah menguasai permainan. Ia meraih poin demi poin dan memenangkan game penentuan dengan skor telak 11-0.
"Saya benar-benar ingin memastikan Young-Suk tidak bisa bangkit lagi di pertandingan itu. Karena itulah saya terus menekannya."
Susi menang dan skor pun berubah menjadi 1-2. Indonesia kembali bergairah dan Eddy Kurniawan serta Eddy Hartono/Verawaty Fajrin pun sukses meraih poin di dua pertandingan terakhir dan membawa Indonesia memenangi Piala Sudirman edisi perdana.