Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas sepak bola dunia (FIFA) dikabarkan mengetahui ada yang tidak beres dengan Afrika Selatan dua pekan jelang penunjukkan negara itu sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010.
Sebuah penelitian yang dilakukan Professor Eamonn Molloy ini kemudian dipublikasikan oleh sebuah lembaga akademi Inggris beberapa hari sebelum penangkapan para petinggi FIFA menunjukkan hasil yang mencengangkan. Meski tahu ada tak beres, FIFA lebih melihat nama Afrika Selatan yang menjual sebagai "tayangan" yang baik.
FIFA menganggap keputusan menyelenggarakan ajang Piala Dunia 2010 berdampak positif mendorong perekonomian Afrika selatan. Faktanya, warga Afrika Selatan kini menanggung beban pajak tak berkesudahan akibat merugi besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua pekan sebelum penunjukkan, menurut hasil penelitian itu, FIFA sudah menyadari anggaran yang diajukan pihak penyelenggara di luar akal sehat. Dalam proposalnya, negara itu mengajukan anggaran penyediaan kursi di stadion hanya 636 dola AS. Sementara rivalnya, yakni Libya, Maroko, Mesir, dan Tunisia, mengajukan antara 1.808-2.691 dolar AS.
"Sulit dipercaya mereka bisa mendapat angka itu," kata beberapa petinggi ofisil FIFA saat itu. "Kami juga tidak mendapat penjelasan bagaimana stadion itu akan dibiayai."
FIFA juga menyadari bahwa Afrika Selatan tidak memperoleh hasil penjualan tiket seperti yang diharapkan. Bahkan jauh di bawah yang harapan.
Targetnya, Afrika Selatan akan memperoleh lebih dari 450 juta dolar AS dari penjualan tiket. "Mereka hanya memperoleh penghasilan sebesar 300 juta dolar AS.
Sementara FIFA sendiri memperoleh keuntungan sebesar 2,35 miliar dolar AS dari Piala Dunia 2010. Pendapatan itu sebagian diperoleh dari penjualan hak siar televisi.
Menurut Molloy, strategi yang diterapkan FIFA adalah mengeksploitasi suatu negara, dan memaksimalkan keuntungan. "Nyaris tidak ada bukti yang memperlihatkan negara penyelenggara Piala Dunia akan meraih keuntungan. Sebaliknya, mereka selalu merugi besar," kata Molloy seperti dikutip dari
The Independent.
Saat ini, di Afrika Selatan, banyak stadion yang terbengkalai tak pernah ada yang menggunakannya. Padahal masyarakat harus membayar pajak tinggi untuk merawat stadion-stadion yang dilengkapi peralatan mahal tersebut
Professor Eamonn Molloy sendiri telah sepuluh tahun melakukan penelitian terkait dampak yang diterima negara-negara penyelenggara turnamen olahraga kelas dunia.
(vri)