Dana Bantuan FIFA Bikin Negara Berkembang Tak Berpaling

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 18:19 WIB
FIFA dan Sepp Blatter tetap mendapatkan tempat di negara-negara kecil dan berkembang yang terbantu oleh sokongan dana bantuan.
FIFA memberikan bantuan program Goal sebesar US$ 500 ribu untuk setiap negara. (REUTERS/Arnd Wiegmann)
Melbourne, CNN Indonesia -- Dukungan yang tak pernah goyah dari negara-negara berkembang telah lama menjadi alat penting bagi Sepp Blatter mempertahankan basis politikya. Bagi mereka yang masih meragukan cara FIFA merawat negara-negara tersebut, maka harus melihat negara yang berada di kepulauan pasifik, Fiji.

Dengan populasi penduduk 900 ribu jiwa, Fiji terkenal karena kemampuannya unjuk gigi di turnamen rugbi internasional. Namun, mereka tetap menjadi negara semenjana dalam peta sepak bola dunia, dengan hanya menduduki peringkat FIFA ke 196 dari total 209 negara.

Meski demikian, pengurus federasi sepak bola Fiji tetap menegakkan kepala dengan bangga setelah timnas U-20 mereka tampil untuk pertama kalinya di Piala Dunia U-20 yang diselenggarakan di Selandia Baru

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prestasi mampu lolos dari babak kualifikasi untuk pertama kalinya dalam sejarah ini menaikkan harapan akan adanya masa depan yang cerah untuk negara yang menggantungkan diri pada dolar turis dan juga bantuan asing.

Menurut Kepala Asosiasi Sepak Bola Fiji, Bob Kumar, lolosnya Fiji ke Piala Dunia takkan mungkin terjadi tanpa bantuan dana program dari FIFA.

"Kami sangat bangga karena pertama kalinya dalam sejarah bisa lolos ke turnamen sekelas Piala Dunia. Hal ini akan mendorong kami untuk meningkatkan pengembangan dan juga partisipasi dalam sepak bola," kata Kumar kepada Reuters melalui sambungan telepon setelah Fiji dibantai Jerman 1-8 di partai pertama.

"Kami berterima kasih kepada FIFA karena melalui bantuan mereka dalam pengembangan sepak bola lah kami bisa melangkah sejauh ini."

"Akan sangat sulit (tanpa FIFA)."

"Kami tak mungkin menyamai dana bantuannya. Dana pengembangan kami seluruhnya tergantung dari dana FIFA. Kami sangat bergantung pada FIFA, kurang lebih 80 persen."

Meski terpilih untuk yang kelima kalinya sebagai presiden FIFA, kepemimpinan Blatter tetap dibayang-bayangi oleh awan hitam setelah tujuh petinggi FIFA ditangkap di Zurich karena tuduhan korupsi.

Namun, Blatter yang kini telah berusia 79 tahun, dan telah menjalankan FIFA selama 20 tahun terakhir, tetap bertekad untuk mengantarkan FIFA keluar dari tsunami skandal terebesar dalam 111 tahun sejarah organisasi tersebut.  

Kepercayaan diri Blatter dalam mengatasi permasalahan tersebut akan disokong negara-negara seperti Fiji.

"Kami mendukung FIFA dan kami mendukung Blatter," kata Kumar sembari mengatakan bahwa ia tidak khawatir tentang korupsi bisa mempengaruhi tata kelola organisasi sepak bola tersebut.

Empat tahun lalu, mantan kepala Asosiasi Sepak Bola Fiji, Sahu Khan, menunjukkan kesetiaannya kepada Blatter pada pemilihan presiden FIFA 2011 -- juga diwarnai tuduhan adanya tindakan suap terkait proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Khan, yang mantan seorang anggota Komite Eksekutif dan juga deputi kepala Komite Etik FIFA, kala itu memberikan pidato selama 15 menit untuk meminta kongres pemilihan presiden tetap berjalan.

Sejak saat itu Fiji telah mendapatkan dana pengembangan sepak bola lebih dari US$ 2 juta, termasuk di antaranya US$ 500 ribu untuk memperbarui fasilitas di akademi nasionalnya di Suva.

Namun, Khan dihukum oleh pihak berwenang karena penyalahgunaan kekuasaan sehingga kewenangannya dalam sepak bola dicabut.

Dana tambahan sebesasr US$ 500 ribu telah diberikan untuk Fiji --belum dibayarkan-- sebagai bagian dari Program FIFA Goal, yaitu dana untuk pengembangan sepak bola.

"Saat ini kami sedang dalam proses mendirikan akademi lain di kepulauan utara (Vanua Levu) di Labasa," kata Kumar. "Kami sedang menegosiasikan tanah dan hal lainnya, namun dana tersebut telah disetujui oleh FIFA. Jumlahnya senilai US$ 500 ribu. Dana tersebut sangat, sangat membantu."

Mantan Wakil Presiden FIFA, Mohamed Bin Hammam, pernah menjadi kepala komite Program Goal tersebut sebelum ia dihukum tak boleh lagi terlibat dalam sepak bola karena terkait kasus suap.

Selain tuduhan-tuduhan suap, Bin Hammam juga dituduh menggunakan dana bantuan untuk mendapatkan simpati negara-negara dan meningkatkan pengaruh di dunia sepak bola.

Fiji, merujuk pada keberhasilan timnas U-20-nya, berkata bahwa uang tersebut digunakan dengan baik.

"Kami menanti saatnya untuk mendapatkan lebih dan lebih banyak lagi," kata Kumar.  

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER