Jakarta, CNN Indonesia -- Pasangan ganda putri bulu tangkis Indonesia peringkat tiga dunia, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, masih menjadi yang terbaik di mata legenda bulu tangkis Indonesia.
Gresia/Nitya telah meraih berbagai prestasi gemilang seperti juara di Thailand Terbuka 2013, Taiwan Terbuka 2014 dan 2015, Korea Terbuka 2015, hingga medali emas di Asian Games 2014. Prestasi mereka pun mendapat pengakuan dari para legenda bulu tangkis.
"Ganda putri Indonesia setelah Greysia dan Nitya juara Asian Games ada peningkatan," kata mantan pebulutangkis ganda putri dan campuran, Rosiana Tendean, kepada
CNNIndonesia.com di sela jumpa pers Pembangunan Jaya Cup 2015 di Senayan, Jakarta, Selasa (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan pebulutangkis ganda putri dan campuran lainnya, Imelda Wigoena, melihat penampilan Greysia/Nitya sangat stabil, meski terakhir gagal di babak semifinal BWF Super Series Final 2015, akhir pekan lalu.
"Saya senang dengan ada Greysia/Nitya. Greysia performanya akhirnya bisa stabil. Untuk sementara mereka itu satu-satunya yang terbaik di ganda putri, yang lainnya belum tahu," kata juara ganda putri dan campuran pada All England 1979 tersebut.
Imelda menyayangkan ganda putri Indonesia lainnya yang belum mampu mengimbangi permainan Greysia/Nitya. Legenda bulutangkis yang membawa Indonesia juara Piala Uber 1975 itu mengatakan hal itu menjadi pekerjaan rumah bagi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
"Kemampuannya jauh sekali. Kalau dulu antara ganda pertama dan kedua kekuatannya tidak terlalu jauh. Kenapa ya bisa begitu? Padahal PBSI pasti mengambil pemain dari seluruh Indonesia dan dari klub," ucap Imelda.
"Kalau saya bilang baik tunggal maupun ganda banyak, mereka masih banyak yang melakukan kesalahan sendiri.
Unforced error-nya luar biasa. Jadi kalau saya bilang sekarang bagaimana caranya para atlet dan pelatih masa kini bisa menghilangkan itu."
Menurut Imelda, cara latihan pebulutangkis sekarang menjalani pola latihan yang sama dengan zaman dulu. Namun dari segi kekuatan fisik, Imelda mengakui atlet-atlet zaman dulu lebih kuat dibanding.
"Dulu zaman saya ada Pak Tahir Djide sebagai pelatih fisik. Dia bisa memotivasi atletnya melakukan program sampai habis dan membuat atlet semangat terus. Bahkan terkadang berlatih lebih dari yang diprogramkan. Dulu kalau latihan fisik sampai tidak bisa jalan," ucap Imelda.
Berbeda dengan Imelda, Rosiana mencermati bahwa salah satu yang menjadi kelemahan para atlet pebulutangkis Indonesia saat ini adalah hilangnya mental tidak pernah menyerah.
"Kemampuan untuk berjuang sampai selesai itu kurang," ucap juara Dunia 1989 dan 1990 di nomor ganda putri tersebut.
(har)